Jadi, gue akan ikut program 30 Hari Bercerita buat postings di blog gue selama 30 hari ke depan. Program ini membuat para pesertanya posting di blog sehari sekali dan harus memberikan cerita yang extraordinary, seperti gue yang memang udah extraordinary dari janin *alah*
Program 30 Hari Bercerita ini dicetuskan oleh mentor gue di Majalah Hai namanya Rizki 'Kiram' Ramadhan. Doi eksis banget. Kiram ini foundernya Card To Post dan Reporter Skulizm Hai. Suka punya gerakan-gerakan yang menarik, termasuk 30 Hari Bercerita ini.
Oke, jadi sebulan ini bakalan ramai banget nih blog gue. Gue ikut gerakan ini supaya nggak malas nulis dan membiasakan diri nulis lagi, yang bagus. Memperkuat kekuatan gue. Asyik.
Mumpung gue akan vakum internetan dan kemana-mana Februari (Walau gue masih ikut aktivitas nyari duit sampai Februari). Gue akan puas-puasin nulis, volunteering, puas-puasin 'keremajaan' gue walau yang penting nggak main ke mall sering (padahal gue target Januari udah vakum apapun ternyata nggak bisa).
Yeay. Let's leap for this.
Selamat Tahun Baru 2013. 13 itu angka yang, menurut takhayul, sial. 1+3 = 4, angka yang paling malesin dan gue gak suka, kata Chinese angka kematian. Terus? Ya udah sih gue cerita doang, gue sih bodo amat. Gue tahu, angka itu bukan indikator keberuntungan dan kesuksesan kok, yang penting keyakinan dan kemampuan diri.
Semangat!
27.12.12
Kita tahu hidup itu adalah sebuah perjalanan dan sebuah siklus. Ketika kita dihadapkan oleh suatu hal yang sangat kita sukai atau mungkin seseorang yang kita sayangi, itu adalah bagian dari perjalanan kita. Ada saatnya kita harus melepas semua itu karena bermacam faktor dan ketika kita seharusnya melepas, ya harus kita lepas karena mungkin kita akan mendapat hal yang jauh lebih baik. Itu semua adalah bagian dari siklus. Memang kita boleh menyimpan hal-hal yang kita lepas itu sebagai bagian dari pelajaran dan pengalaman hidup, tapi kita tidak boleh berlarut dan banyak berharap bahwa masa lalu itu akan kembali. You know, things change, people change, as time goes by, everything is obviously going to change. Bagi sebagian orang, moving on memang susah, satu hal yang perlu diingat adalah kita tidak boleh berkutat pada masa lalu. Moving on means we're being open minded and open hearted about life, we're arrogant if we don't do it. Just let go. Life goes on. Not every wishes came true, but reality speaks based on your doings. So, I am moving. How about you?
Mahatma Gandhi pernah bilang, "Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan satu orang serakah." Ketika aku selesai membaca novel Sarongge karya Tosca Santoso, yang di beberapa bab terakhir berbicara soal adanya kelaparan di berbagai tempat di dunia, aku langsung melihat ke tubuh tambunku. Ada hak orang lain di tubuhku. Aku mungkin telah memakan hak mereka, sampai aku berlebih begini. Walau aku tidak pernah tidak menghabiskan makananku, tapi aku ini picky eater dan aku selalu lupa kalau banyak orang tidak bisa makan dnegan enak. Dengan menjadi seorang picky eater, ternyata aku serakah. Tempat tinggalku tidak jauh dari perkampungan dan aku sudah lihat banyak yang cari makan saja susah. Aku harusnya mengerti ini sejak dulu. Makan memang perkara gampang, sekilas, tetapi tidak untuk orang-orang itu kan? Bersyukur saja tidak cukup untuk menjadi solusi masalah ini, aku harus mengimplementasikan rasa syukurku, walau tidak harus membagikan makanan pada mereka, aku punya cara sendiri. Ketimpangan antara si kenyang dan si lapar ini melilit hatiku. Aku gak mau lihat ada kelaparan lagi di manapun. Bumi sudah adil melimpahkan makanan untuk seluruh umat. Yang tidak adil itu manusianya yang serakah.
Gue jatuh cinta dengan sebuah lagu berjudul Freedom and Its Owner karya Kings of Convenience. Lagu ini membuka mata gue lebih lebar tentang indahnya kebebasan dalam diri manusia. Freedom is never greater than its owner. Kalimat paling esensial di lagu ini. Siapa pemilik kebebasan? Kita, manusia. Bahkan kebebasan itu sendiri 'diperbudak' oleh tuannya, karena tuannya bisa mengeksploitasi kebebasan dalam dirinya dan memilih untuk memakai kebebasan itu atau tidak, di mana saja dan kapan saja. Manusia dikutuk untuk bebas, kata Jean Paul Sartre. Gue sebagai manusia, setuju. Seperti dalam fairytales, kutukan itu bisa di-manage sedikit oleh yang terkutuk, berarti manusia bisa mengatur kebebasannya sendiri. Jangan sampai kita diperbudak oleh kebebasan, terbalik. Pengaturan kebebasan dalam diri adalah salah satu indikator apakah manusia ini aware terhadap rasa tanggung jawab, respek dan toleransi, karena kebebasan individu pada hakikatnya dibatasi oleh dua kebebasan lainnya, yaitu kebebasan individu lain dan kebebasan Sang Pencipta kebebasan. Hidup adalah pilihan, pilihan bisa kita pilih secara bebas, berarti hidup adalah kebebasan. Semua hal baik maupun buruk di dunia ini adalah efek dari kebebasan manusia. Freedom is the mastery of the known.
Again, perlu gue tekankan dimanapun gue menulis, gue benci menyontek pada saat ulangan, terlebih pada saat berkarya. Logikany begini, ibaratkan ulangan itu adalah alam kubur dan sekolah itu adalah kehidupan duniawinya, pertanyaan dan jawaban itu adalah tanggung jawab lo untuk mengetahuinya dan seharusnya lo nggak bisa mencurangi tanggung jawab lo kan? Well, bisa sih, kalo lo memang orang yang merasa tanggung jawab dan kecurangan itu bisa dicampuradukkan, atau elo adalah orang yang berpikir bahwa semua hal harus didapatkan secara mudah dan cepat dan menghalalkan segala cara. Suatu hari, gue dan nyokap berdiskusi. Kami sepakat bahwa menyontek itu membohongi diri sendiri, karena kita tahu kalau sebenarnya kita bisa mencari jawabannya sendiri dengan berpikir sendiri, belajar sebelumnya, kan kita udah dikasih modal otak di kepala kita, tapi kok ya masih nggak mau usaha bahkan untuk berpikir sedikit gitu? Gue memang pernah nyontek, tapi gue sekarang insyaf. Saat di Amerika, bahkan siswa yang paling nggak berprestasi aja nggak mau nyontek, eh di Indonesia kebalikannya. Memalukan.
16.12.12
Gue masih nggak ngerti. Sejujurnya, bagaimana manusia bisa melihat manusia lain sebagai objek, bukan sebagai sesama manusia. Contohnya, abang angkot, nyebut orang yang naik di mobilnya dengan sebutan 'sewa', kadang gak peduli orangnya duduk enak apa bawa banyak barang asal jalannya cepet dan dapet duit dari orang itu dan penumpang adalah objek uangnya. Atau MLM yang melihat orang sebagai prospek, potensi bisnis, peluang pendapatan, uang, yah lagi-lagi melihat orang sebagai objek. Atau ngefans sama artis sampai nangis-nangis kalau gak ketemu, aduh kayak mereka ini bukan manusia atau lebih superior dari kita aja, padahal spesiesnya sama. Buat gue, cukup lah melihat orang sebagai objek di pelajaran Bahasa Indonesia bagian konsep SPOK aja. Dalam kehidupan, sesungguhnya melihat dan memperlakukan orang lain harus sebagai sesama manusia yang punya perasaan dan kepentingan hidupnya tuh sama, terlepas tua-muda, miskin-kaya, atheis-religius, pintar-bodoh, dsb. Manusia mana sih yang nggak ingin diperlakukan sebagai manusia seutuhnya? Gue yakin, kalau kita selalu memanusiakan manusia, toleransi dan pengertian kita tentang hidup akan berkembang. Ibarat menyemai benih, dengan kita memanusiakan manusia di sekitar kita, akan membuka kesempatan bagi kita untuk diperlakukan sebagai manusia dengan sebaik-baiknya, bukan hanya oleh manusia lain tapi juga oleh Tuhan. I'm seeing a person as a human with hearts, how about you?
Buat gue, mengikuti passion itu adalah kunci kebahagiaan. Yang gue amati, di dunia ini nggak ada passion yang nggak baik, sepsycho-psychonya orang pasti passionnya bukan ngebunuh, korupsi atau hal kriminal, sadis lain (kecuali emang gangguan jiwa ya udah sih). Passion itu panggilan jiwa dan nurani. Mengapa gue bilang passion itu salah satu kunci kebahagiaan?
See? Passion itu terdiri dari happiness, sincerity, gift, thankfulness, love and giving benefits to all. Kurang bahagia apa coba?
Buat gue, kalau kita udah nemuin passion dan terus mengikutinya, life goes easier. With passion, I believe I will find love and prosperity from it (like Yoris Sebastian said on his "Happy-nomics" theory).
Also, the certain thing from passion is, it will always bring you to a positive state. Ditambah lagi, passion akan membawa lo bertemu lo dengan orang-orang hebat dan membuat lo bisa berteman dengan mereka. Mengikuti passion berarti keluar dari comfort zone, in most case, karena keluar itu lah, we're being positively different and better souls. Nggak usah takut dibilang aneh atau apa lah, kalau kita tahu itu sesuatu yang benar, ya lakukanlah. Bukan passion namanya kalau kita menghalalkan segala cara dan tidak memakai logika dan hati secara seimbang dalam bertindak. I will follow my passion, because passion is like a river, it always flow and it will never end.
- Passion is something that you're very happy to do it
- You will always do your passion sincerely, never felt repressed in any ways
- Your passion, disadari atau tidak, is your natural gift and you're thanking God because of it
- Passion made you share happiness and benefits for people
- You love yourself because of passion, and you have love for everybody because of your passion
See? Passion itu terdiri dari happiness, sincerity, gift, thankfulness, love and giving benefits to all. Kurang bahagia apa coba?
Buat gue, kalau kita udah nemuin passion dan terus mengikutinya, life goes easier. With passion, I believe I will find love and prosperity from it (like Yoris Sebastian said on his "Happy-nomics" theory).
Also, the certain thing from passion is, it will always bring you to a positive state. Ditambah lagi, passion akan membawa lo bertemu lo dengan orang-orang hebat dan membuat lo bisa berteman dengan mereka. Mengikuti passion berarti keluar dari comfort zone, in most case, karena keluar itu lah, we're being positively different and better souls. Nggak usah takut dibilang aneh atau apa lah, kalau kita tahu itu sesuatu yang benar, ya lakukanlah. Bukan passion namanya kalau kita menghalalkan segala cara dan tidak memakai logika dan hati secara seimbang dalam bertindak. I will follow my passion, because passion is like a river, it always flow and it will never end.
Kalau soal kuliah, Thank God sudah mulai banyak anak di kelas gue yang udah tau mau ngambil apa, tapi pas gue tanya alasannya apa, pasti "Biar cepat kerja." D'uh, kalau mau cepat kerja sih lulus SMA juga bisa, nggak usah kuliah. Ini nih, another instant thing that lives in people, especially the young adults, karena sejak remaja mereka udah kenal dengan gampangnya meraih sesuatu, lagi-lagi karena penyalahgunaan teknologi. Copy-paste tulisan orang di internet, plagiat makalah orang, nyontek essay orang, Google, click! (well, walau Google sangat berguna untuk quick informations dan important links). Semua dengan gampang didapat tanpa susah-susah mikir lagi, susah-susah buka buku, walhasil orang-orang muda makin malas mikir, jadi mikirnya semua gampang. Masuk perguruan tinggi, cari jurusan yang menjamin karir cepat, padahal kalau mau dapat kerja bagus, skills dan ability itu penting banget dipunyai, percuma akademik bagus, tenpat kuliah bagus, tapi pada dasarnya nggak bisa apa-apa. Kerja sih kerja, tapi kerja doang bukan dapat karir, jadinya ya pindah-pindah tempat kerja dan bisa nggak dipercaya orang kantor dan atasan, karena pada awalnya mau yang instan aja, cepat kerja sih, tapi pada dasarnya nggak punya kemampuan karena nggak tau kerja keras itu apa. Ternyata, budaya instan yang gak terkontrol kayak sekarang cuma bisa bikin orang jadi 'average' dan cuma bisa mengagumi kesuksesan orang dari jauh. Juga, jadi mengembangkan budaya ikut-ikutan.
15.12.12
So, I have a new book, and I called it ThoughtBook.
Gue selalu batasin setiap thoughts tidak boleh lebih dari satu halaman
Gue akan mengkonversikan beberapa thoughts gue di posts yang berlabel/bertag ThoughtBook, Lewat Di Otak dan thoughts
selamat menikmati pemikiran gue ya, siapa tahu kita bisa bertukar pemikiran :)
Gue selalu batasin setiap thoughts tidak boleh lebih dari satu halaman
Gue akan mengkonversikan beberapa thoughts gue di posts yang berlabel/bertag ThoughtBook, Lewat Di Otak dan thoughts
selamat menikmati pemikiran gue ya, siapa tahu kita bisa bertukar pemikiran :)
13.12.12
Maafkan aku,
aku sebulan terakhir selingkuh dengan buku tulis baruku yang kunamai ThoughtBook a.k.a The Book of Thoughts, sama saja lah. Dengan majas metonimia, aku akan menyebutkan bahwa buku tulis spiral yang nyaris sebuah diary ini diberikan oleh Garnier sekitar dua tahun lalu waktu aku masih seorang representatif Provoke!. Kemudian di kantung fotonya kuselipkan foto diriku sebelum prom. Bak dewi.
Maafkan aku,
sebulan terakhir, atau mungkin hampir dua bulan ya? aku tidak membeli kuota internet di rumah, jadi aku hampa, seperti itik kehilangan induknya.... nggak deng. Tapi aku lebih produktif. Kan gue lagi bikin novel nih, udah nyampe 66 halaman dalam sebulan, lumayan. Ya elah tapi novelnya cheap banget paling jadinya, ceritanya, pokoknya standar deh, gue berasa kayak orang baru bisa nulis cerita gitu....
Maafkan aku,
mungkin kalau aku sudah punya kuota internet lagi, aku akan post beberapa thoughts ku di ThoughtBook ke sini. untuk sementara, aku menunggu rezeki dulu (walau sebenarnya udah gajian) ya tapi kan rezeki gak cuma duit, waktu lebih dan relaxation time juga rezeki :')
INTERUPSI
Telegram dari saya untuk yang bersangkutan yang dirahasiakan identitasnya:
Maafkan aku koma aku tidak bisa memungkiri koma
aku suka kamu koma tapi ya sudah lah koma mau bagaimana lagi titik
Maafkan aku,
aku belum membagi kebahagiaanku tentang kamar baruku yang seperti kos-kosan, begadang sampai subuh sendirian untuk pertama kalinya, prestasi juara dua debat BUMN tingkat Jakarta, wawancara 3 orang bupati dan 1 orang walikota yang tidak berasa, ikutan kuis Ranking 1 di Trans TV, keinginanku naik gunung, siaran rutin, dapat job baru, sebentar lagi UN, sebentar lagi keluar dari kungkungan SMA, aku sudah mulai bahagia, tapi aku belum membaginya dalam tulisan, maafkan
Pokoknya,
Aku akan menulis sampai aku tidak bisa menulis lagi
aku sebulan terakhir selingkuh dengan buku tulis baruku yang kunamai ThoughtBook a.k.a The Book of Thoughts, sama saja lah. Dengan majas metonimia, aku akan menyebutkan bahwa buku tulis spiral yang nyaris sebuah diary ini diberikan oleh Garnier sekitar dua tahun lalu waktu aku masih seorang representatif Provoke!. Kemudian di kantung fotonya kuselipkan foto diriku sebelum prom. Bak dewi.
Maafkan aku,
sebulan terakhir, atau mungkin hampir dua bulan ya? aku tidak membeli kuota internet di rumah, jadi aku hampa, seperti itik kehilangan induknya.... nggak deng. Tapi aku lebih produktif. Kan gue lagi bikin novel nih, udah nyampe 66 halaman dalam sebulan, lumayan. Ya elah tapi novelnya cheap banget paling jadinya, ceritanya, pokoknya standar deh, gue berasa kayak orang baru bisa nulis cerita gitu....
Maafkan aku,
mungkin kalau aku sudah punya kuota internet lagi, aku akan post beberapa thoughts ku di ThoughtBook ke sini. untuk sementara, aku menunggu rezeki dulu (walau sebenarnya udah gajian) ya tapi kan rezeki gak cuma duit, waktu lebih dan relaxation time juga rezeki :')
INTERUPSI
Telegram dari saya untuk yang bersangkutan yang dirahasiakan identitasnya:
Maafkan aku koma aku tidak bisa memungkiri koma
aku suka kamu koma tapi ya sudah lah koma mau bagaimana lagi titik
Maafkan aku,
aku belum membagi kebahagiaanku tentang kamar baruku yang seperti kos-kosan, begadang sampai subuh sendirian untuk pertama kalinya, prestasi juara dua debat BUMN tingkat Jakarta, wawancara 3 orang bupati dan 1 orang walikota yang tidak berasa, ikutan kuis Ranking 1 di Trans TV, keinginanku naik gunung, siaran rutin, dapat job baru, sebentar lagi UN, sebentar lagi keluar dari kungkungan SMA, aku sudah mulai bahagia, tapi aku belum membaginya dalam tulisan, maafkan
Pokoknya,
Aku akan menulis sampai aku tidak bisa menulis lagi
7.11.12
Mr. Andreson, Government and Global Affairs teacher. He had been teaching in several states and I learn a lot from his great knowledge and friendliness |
Mrs. Schmuecker and Mr.. Hayden, my vocal music teachers. I love them, they've been teaching me the whole year and made me more confident on being a musical person |
Mr. Patterson, a.k.a Patty a.k.a Patty Wack my art teacher, he's a fun person with a good ability of communicating with students. I definitely love his class |
The point of all of this is:
I love American teacher!
Sincerely,
GladhysWhoNeedsTeachersLikeInAmerica
5.11.12
I some kind of dropping my Global Affairs class for Spanish III (I'm sorry for my Global Affairs teacher, Mr. Anderson but you really know that I am super enthusiastic on your class and I finished my final assignments on Indonesian presentation and Global final test).
Not to forget the breakfast made by my Junior good friends in my Vocal Music class, and y'all now already a seniors and I'm so proud of you. That really made my last week, and you all really precious for my exchange experience
This hospitality, even in the last week of school when I just can socialize with the other underclassmen, make me proud of being a Benton Bobcat, and I will say:
I am a Benton Bobcat for life
Well, except if I'm accepted in one of American university in the future ;)
Juniors 2013 (now they are Seniors) on my Vocal Music class wrote plans for the special potluck breakfast on my last day in Benton. We're morning classmates for the whole school year |
Cole and Kenzie my super-mega-ultra-bestfriends heating some pancakes on the Music office's microwave |
Brandon and I was having a good time on Spanish class, with Sexy Fish whoops from our art class in previous quarter |
My locker number was 293 and I love my locker. I didn't have locker partner, well, my locker partner 'ran away' though, while everyone shared their lockers with other person in their class |
The flower piñata that I made on the Spanish III class with Nicole, Kadee and Miranda. And I looovvvee Spanish class! |
My World History class, I'm their classmate for the whole semester and I love this class so much. This is the last class I attend that week |
The stack of returned World History book, man, I wish I have just one of them. It's one of the best subject A__A |
27.10.12
Begini ya,
buat gue, SOK TAU adalah kata sangat, sangat menyakitkan
daripada ngatain begitu, kenapa kita nggak "correct the people if they are wrong" aja sih, kalau memang kita lebih tau benar-benar dan ada dasarnya?
Dari SD, gue adalah seseorang yang selalu dikatain sok tau sama banyak orang, sampai gue udah terbiasa dikatain begitu sampai gede
Palingan tahun lalu doang gue nggak dikatain sok tau selama setahun penuh, dan gue senang banget karena semua orang menghargai gue saat gue ikut program pertukaran itu, Bahagia sekali.
Pas balik lagi, apalagi anak cowok-cowok, ditambah beberapa guru sinis, suka banget ngatain sok tau ke gue, nggak di depan muka sih, tapi sindir-sindir aja di kelas, tapi giliran butuh bantuan mereka dateng ke gue. Aneh.
At first, beberapa bulan ini gue agak sakit hati dikatain sok tau, habis gue merasa gue nggak mengada-ada dengan hal-hal yang pernah gue baca dan gue tau dari berbagai tempat. Tapi setelah diberi nasihat oleh sahabat saya, untuk menanggapi phrase 'sok tau' jangan pakai hati tapi diotak aja, pikirin kenapa mereka bisa ngomong gitu ke kita, nggak usah sakit hati karena merekapun bilang sok tau juga nggak pakai hati.
Setelah gue pikir-pikir lagi, well, ada beberapa faktor-gue yang menyebabkan gue dianggap sok tau, misalnya dengan nada bicara gue yang penuh keyakinan, terkadang kedengaran nyolot karena, hehehe, masih kebawa Amrik dikit sih, dan.. yah... suara gue bukan tipe remaja kebanyakan, lebih berat dibanding cewek-cewek kebanyakan. Gue orang yang basicnya sangat curious kalau masalah pengetahuan, makanya gue banyak nanya, kadang pertanyaan dalam, jadi dipikirnya gue nanya ngetes, padahal gue emang gak tau.
Nah kalau faktor-gue, ya udah sih ya, yang penting kan gue nggak ada niatan sama sekali buat ngerugiin orang lain dan gue nggak mau berpura-pura bodoh di depan orang. Gue ya gue, biara aja gue sok tau, emang remaja pada dasarnya sok tau. Dengan sekuat tenaga, guepun tidak akan melebaykan diri di sekolah dan membantu, bukan membantu contekan ya tapi.
Ada faktor tertentu yang gue lihat kenapa orang-orang suka bilang gue sok tau.
Iri atau "sirik".
Setidaknya itu yang dikatakan oleh orang-orang yang gue percaya dan teman-teman yang memang tahu gue, juga teman-teman yang pada dasarnya nggak suka berpikiran negatif. Gue bangga mengenal mereka semua.
I don't want to be an arrogant person, I always not trying to be one.
No offense, but I have to say this
Sirik itu tanda tak mampu.
Salah satu teman gue di kelas bilang kalau gue ini berani jadi diri sendiri, berani mengekspresikan pendapat dan jujur nggak cuma sama teman tapi sama guru juga.
"Anak-anak di kelas sirik sama kamu karena kamu bisa berani bilang jujur dan terbuka sama guru yang banyak orang nggak suka, kamu juga berani ngeluarin pendapat di kelas tanpa takut-takut, nggak cuma mereka, aku pun pengen banget jadi orang berani kayak kamu," katanya dengan hati-hati
Loh, sebenarnya kalau kita mau mengungkapkan pendapat, ungkapin aja gitu lho apa susahnya?
Kenapa harus sirik? Toh ini satu hal yang semua orang bisa kerjakan, asal nggak malas dan tetap jujur, nggak perlu gelar atau sertifikasi kan untuk berani ngungkapin pendapat?
Kenapa harus takut? Toh kita sama-sama manusia, sama-sama punya pendapat dan sama-sama mikir
(Apa ini karena society Indonesia yang banyak hirarkis-nya ya? Kurang horizontal?)
Kenapa nggak ungkapin aja apa yang ingin kita katakan? Daripada ngendap di hati, nggak enak
Ini bukan sok tau, tapi ini atas nama kebenaran dan kejujuran pada diri sendiri.
Apa hubungannya dengan "sirik tanda tak mampu"?
Karena ternyata mereka memang belum mampu mengungkapkan pemikiran mereka, mereka masih takut salah. Karena mungkin mereka pikir, salah adalah salah
Which, nggak bener juga karena, kita ini pelajar, belajar, belum tahu banyak hal, salah itu wajar, asal kita belajar dari kesalahan, karena salah itu pondasi belajar.
Sementara gue bukan orang yang takut salah.
Itu lah mungkin mengapa gue dikatakan sok tau lagi.
Gue pun juga suka iri kadang sama teman-teman gue yang sukses.
Tapi gue nggak pernah ngatain mereka sok tau
Yang ada gue sukanya belajar dari mereka, ingin tahu kiat-kiat apa aja yang bisa gue jalanin biar gue bisa jadi sukses seperti mereka tetapi juga sukses di cara dan jalan gue sendiri
Buat gue sekarang, terserah orang mau berkata apa tentang kita
We have to be sure that we are good person, but we have to be sure that we do introspection in any good and bad aspect of ourselves
...dan kita nggak ada niat buat ngerugiin orang lain dan kita menghargai hak orang lain
Iri oke, asal jangan berlarut tapi jadikan cambuk untuk bergerak lebih baik jadikan inspirasi aja.
Jujur gue ingin sekali bisa jadi inspirasi untuk orang lain dan I'm working on it, 'cause I know there are still a lot of my friends that are way more inspiring than me.
Last but not least, do not afraid to be wrong, karena kita nggak akan berkembang kalau hidup kita bener terus, karena sumber kebenaran adalah belajar dari kesalahan.
(Agak off key) Kebenaran, sekecil apapun itu harus selalu dikejar, diperjuangkan lalu ditanamkan.
buat gue, SOK TAU adalah kata sangat, sangat menyakitkan
daripada ngatain begitu, kenapa kita nggak "correct the people if they are wrong" aja sih, kalau memang kita lebih tau benar-benar dan ada dasarnya?
Dari SD, gue adalah seseorang yang selalu dikatain sok tau sama banyak orang, sampai gue udah terbiasa dikatain begitu sampai gede
Palingan tahun lalu doang gue nggak dikatain sok tau selama setahun penuh, dan gue senang banget karena semua orang menghargai gue saat gue ikut program pertukaran itu, Bahagia sekali.
Pas balik lagi, apalagi anak cowok-cowok, ditambah beberapa guru sinis, suka banget ngatain sok tau ke gue, nggak di depan muka sih, tapi sindir-sindir aja di kelas, tapi giliran butuh bantuan mereka dateng ke gue. Aneh.
At first, beberapa bulan ini gue agak sakit hati dikatain sok tau, habis gue merasa gue nggak mengada-ada dengan hal-hal yang pernah gue baca dan gue tau dari berbagai tempat. Tapi setelah diberi nasihat oleh sahabat saya, untuk menanggapi phrase 'sok tau' jangan pakai hati tapi diotak aja, pikirin kenapa mereka bisa ngomong gitu ke kita, nggak usah sakit hati karena merekapun bilang sok tau juga nggak pakai hati.
Setelah gue pikir-pikir lagi, well, ada beberapa faktor-gue yang menyebabkan gue dianggap sok tau, misalnya dengan nada bicara gue yang penuh keyakinan, terkadang kedengaran nyolot karena, hehehe, masih kebawa Amrik dikit sih, dan.. yah... suara gue bukan tipe remaja kebanyakan, lebih berat dibanding cewek-cewek kebanyakan. Gue orang yang basicnya sangat curious kalau masalah pengetahuan, makanya gue banyak nanya, kadang pertanyaan dalam, jadi dipikirnya gue nanya ngetes, padahal gue emang gak tau.
Nah kalau faktor-gue, ya udah sih ya, yang penting kan gue nggak ada niatan sama sekali buat ngerugiin orang lain dan gue nggak mau berpura-pura bodoh di depan orang. Gue ya gue, biara aja gue sok tau, emang remaja pada dasarnya sok tau. Dengan sekuat tenaga, guepun tidak akan melebaykan diri di sekolah dan membantu, bukan membantu contekan ya tapi.
Ada faktor tertentu yang gue lihat kenapa orang-orang suka bilang gue sok tau.
Iri atau "sirik".
Setidaknya itu yang dikatakan oleh orang-orang yang gue percaya dan teman-teman yang memang tahu gue, juga teman-teman yang pada dasarnya nggak suka berpikiran negatif. Gue bangga mengenal mereka semua.
I don't want to be an arrogant person, I always not trying to be one.
No offense, but I have to say this
Sirik itu tanda tak mampu.
Salah satu teman gue di kelas bilang kalau gue ini berani jadi diri sendiri, berani mengekspresikan pendapat dan jujur nggak cuma sama teman tapi sama guru juga.
"Anak-anak di kelas sirik sama kamu karena kamu bisa berani bilang jujur dan terbuka sama guru yang banyak orang nggak suka, kamu juga berani ngeluarin pendapat di kelas tanpa takut-takut, nggak cuma mereka, aku pun pengen banget jadi orang berani kayak kamu," katanya dengan hati-hati
Loh, sebenarnya kalau kita mau mengungkapkan pendapat, ungkapin aja gitu lho apa susahnya?
Kenapa harus sirik? Toh ini satu hal yang semua orang bisa kerjakan, asal nggak malas dan tetap jujur, nggak perlu gelar atau sertifikasi kan untuk berani ngungkapin pendapat?
Kenapa harus takut? Toh kita sama-sama manusia, sama-sama punya pendapat dan sama-sama mikir
(Apa ini karena society Indonesia yang banyak hirarkis-nya ya? Kurang horizontal?)
Kenapa nggak ungkapin aja apa yang ingin kita katakan? Daripada ngendap di hati, nggak enak
Ini bukan sok tau, tapi ini atas nama kebenaran dan kejujuran pada diri sendiri.
Apa hubungannya dengan "sirik tanda tak mampu"?
Karena ternyata mereka memang belum mampu mengungkapkan pemikiran mereka, mereka masih takut salah. Karena mungkin mereka pikir, salah adalah salah
Which, nggak bener juga karena, kita ini pelajar, belajar, belum tahu banyak hal, salah itu wajar, asal kita belajar dari kesalahan, karena salah itu pondasi belajar.
Sementara gue bukan orang yang takut salah.
Itu lah mungkin mengapa gue dikatakan sok tau lagi.
Gue pun juga suka iri kadang sama teman-teman gue yang sukses.
Tapi gue nggak pernah ngatain mereka sok tau
Yang ada gue sukanya belajar dari mereka, ingin tahu kiat-kiat apa aja yang bisa gue jalanin biar gue bisa jadi sukses seperti mereka tetapi juga sukses di cara dan jalan gue sendiri
Buat gue sekarang, terserah orang mau berkata apa tentang kita
We have to be sure that we are good person, but we have to be sure that we do introspection in any good and bad aspect of ourselves
...dan kita nggak ada niat buat ngerugiin orang lain dan kita menghargai hak orang lain
Iri oke, asal jangan berlarut tapi jadikan cambuk untuk bergerak lebih baik jadikan inspirasi aja.
Jujur gue ingin sekali bisa jadi inspirasi untuk orang lain dan I'm working on it, 'cause I know there are still a lot of my friends that are way more inspiring than me.
Last but not least, do not afraid to be wrong, karena kita nggak akan berkembang kalau hidup kita bener terus, karena sumber kebenaran adalah belajar dari kesalahan.
(Agak off key) Kebenaran, sekecil apapun itu harus selalu dikejar, diperjuangkan lalu ditanamkan.
26.10.12
I'm addicted to Storylane for just 2 days, and I think this is my first
love at first sight ever. Definitely worth to try for you who likes to
write. One of the best breakthrough social media for me :D
The universal dashboard, there are 12 issues you can post about with various theme and ideas to write |
Write your story, based on the questions or you just tell a story, you can do it with text, image and even audio |
The profile view, bigger font with minimalist and artistic design |
Questions you can 'answer' with your story, so then you will always have idea to write about |
Stories you have posted on your profile |
23.10.12
Teman-teman,
tolongin saya,
tapi usahakan jangan science fiction ya, gue belom seimajinatif itu :'3
Butuh ide, mohon masukannya :'D
Agak ngebet ya? lagi meledak-ledak nih kalau untuk menulis~
tolongin saya,
Saya berniat bikin seri post fiksi di blog ini
dan saya butuh masukan inspirasi dari teman-teman,
kira-kira cerita apa ya yang enak?
tapi usahakan jangan science fiction ya, gue belom seimajinatif itu :'3
Bagi yang punya ide, tolong comment post ini atau
tweet saya di widget tab di sebelah: @_gladhys
Butuh ide, mohon masukannya :'D
Agak ngebet ya? lagi meledak-ledak nih kalau untuk menulis~
22.10.12
Percakapan ini sudah ditranslate dalam Bahasa Indonesia
Percakapan antara gue dengan tantenya Bridget, udah tua gitu sih tantenya, asal Missouri
Setting: Malam tahun baru, barn di rumah Bridget yang disulap menjadi tempat pesta, di sekitar Atkins, Iowa deket Highway 30
Tantenya Bridget : Jadi kamu siswi pertukaran pelajar itu ya?
Gue : Iya tante :)
Tantenya Bridget : Kamu asal negara mana?
Gue : Indonesia tante
Tantenya Bridget : Oh ya... ya... Dimana ya itu betewe?
Gue : (dengan sabarnya dan udah seringnya ditanyain pertanyaan ini) Oh itu, kami negara kepulauan diantara semenanjung Asia dan Australia, di daerah Asia Tenggara pokoknya
Tantenya Bridget : Kamu udah berapa lama di sini?
Gue : Udah 6 bulan kira-kira tante
Tantenya Bridget : Gimana Natal di Indonesia?
Gue : Oh, di Indonesia sebagian besar penganut Muslim jadi scene Natalnya kurang besar gitu, tante, yang Kristen dan Katolik sangat gembira menyambut datangnya natal dan yang kulihat Natal di Indonesia itu seru
Tantenya Bridget : Kamu nggak balik waktu Natal?
Gue : Ya nggak tante, kan saya setahun ini nggak bisa bolak-balik pulang
Tantenya Bridget : Kamu jadi gak natalan sama keluarga kamu di Indonesia?
Gue : Oh, saya Muslim tante, saya nggak merayakan Natal sama keluarga di negara saya
Tantenya Bridget : Kamu nggak kesepian pas Natal?
Gue : Oh nggak tante, saya ngerayain natal sama keluarga angkat saya di sini, dan saya senang :D
Tantenya Bridget : Terus keluarga kamu nggak sedih nggak Natalan sama kamu, nggak nyariin kamu?
Gue : Tante, keluarga saya nggak ngerayain natal karena kami Muslim
Tantenya Bridget : Kamu nelfon keluarga kamu nggak pas Natal?
Gue : (dalam hati: "buset nih tante") Nggak tante, saya telfon keluarga saya udah awal bulan, kemarin
Tantenya Bridget : Jadi kamu bener nggak kesepian nih pas Natal?
Gue : Kesepian sih nggak juga tante, karena keluarga angkat saya cukup membantu, tapi Natal ini merupakan pengalaman baru bagi saya
Tantenya Bridget : Tetep aja, kalo saya sih kesepian kalo jadi kamu nggak Natalan sama keluarga
Gue : (dalam hati) "Tante, terserah tante deh ya!"
(Note: maaf, post ini tidak bermaksud SARA, gue Muslim, gue experiencing natal di keluarga angkat gue di Amerika dan enjoying it, tapi masalahnya ini tante ngotot banget ya, jadi.. ya gitu, sekedar berbagi saja)
Percakapan antara gue dengan tantenya Bridget, udah tua gitu sih tantenya, asal Missouri
Setting: Malam tahun baru, barn di rumah Bridget yang disulap menjadi tempat pesta, di sekitar Atkins, Iowa deket Highway 30
Tantenya Bridget : Jadi kamu siswi pertukaran pelajar itu ya?
Gue : Iya tante :)
Tantenya Bridget : Kamu asal negara mana?
Gue : Indonesia tante
Tantenya Bridget : Oh ya... ya... Dimana ya itu betewe?
Gue : (dengan sabarnya dan udah seringnya ditanyain pertanyaan ini) Oh itu, kami negara kepulauan diantara semenanjung Asia dan Australia, di daerah Asia Tenggara pokoknya
Tantenya Bridget : Kamu udah berapa lama di sini?
Gue : Udah 6 bulan kira-kira tante
Tantenya Bridget : Gimana Natal di Indonesia?
Gue : Oh, di Indonesia sebagian besar penganut Muslim jadi scene Natalnya kurang besar gitu, tante, yang Kristen dan Katolik sangat gembira menyambut datangnya natal dan yang kulihat Natal di Indonesia itu seru
Tantenya Bridget : Kamu nggak balik waktu Natal?
Gue : Ya nggak tante, kan saya setahun ini nggak bisa bolak-balik pulang
Tantenya Bridget : Kamu jadi gak natalan sama keluarga kamu di Indonesia?
Gue : Oh, saya Muslim tante, saya nggak merayakan Natal sama keluarga di negara saya
Tantenya Bridget : Kamu nggak kesepian pas Natal?
Gue : Oh nggak tante, saya ngerayain natal sama keluarga angkat saya di sini, dan saya senang :D
Tantenya Bridget : Terus keluarga kamu nggak sedih nggak Natalan sama kamu, nggak nyariin kamu?
Gue : Tante, keluarga saya nggak ngerayain natal karena kami Muslim
Tantenya Bridget : Kamu nelfon keluarga kamu nggak pas Natal?
Gue : (dalam hati: "buset nih tante") Nggak tante, saya telfon keluarga saya udah awal bulan, kemarin
Tantenya Bridget : Jadi kamu bener nggak kesepian nih pas Natal?
Gue : Kesepian sih nggak juga tante, karena keluarga angkat saya cukup membantu, tapi Natal ini merupakan pengalaman baru bagi saya
Tantenya Bridget : Tetep aja, kalo saya sih kesepian kalo jadi kamu nggak Natalan sama keluarga
Gue : (dalam hati) "Tante, terserah tante deh ya!"
(Note: maaf, post ini tidak bermaksud SARA, gue Muslim, gue experiencing natal di keluarga angkat gue di Amerika dan enjoying it, tapi masalahnya ini tante ngotot banget ya, jadi.. ya gitu, sekedar berbagi saja)
Percakapan di sini sudah ditranslate ke Bahasa Indonesia
Percakapan antara gue dan Abdullah, temen exchange gue dari Arab Saudi yang punya pembantu orang Indonesia
Setting: Mobil local coordinator dalam perjalanan ke restoran di Cedar Rapids, Iowa, musim gugur 2011
Abdullah : Eh gue punya punya pembantu dari Indonesia loh
Gue : Oh ya? Namanya siapa?
Abdullah : Namanya Is
Gue : Is? Asalnya dari Jawa ya?
Abdullah : Gak tau, kayaknya bukan
Gue : Sumatera?
Abdullah : Kayaknya sih... Is ini deket sama gue, doi pembantu yang ngurusin khusus kebutuhan gue
Gue : Wow, oke, nanti kalo ketemu Is bilang dapet salam dari gue ya
Abdullah : Oke, gue sampein ntar, tapi kayaknya dia bakalan pulang deh bentar lagi, gak papa, gue punya pembantu baru sih dari Ghana
Gue : *facepalm*
Abdullah : Betewe, gue tau bahasa Indonesia-nya "one" loh!
Gue : Iya?! Apa coba?
Abdullah : (sambil nunjukkin jari telunjuk) SAMPO
Gue : BUKAN WOY, itu mah "Shampoo"!
Abdullah : Oh, berarti itu... sa... sa.... apa ya?
Gue : SATU
Abdullah : Oh, yes, yes Satu, Satu (logat arab ke-english-an sambil nunjuk-nunjukin angka satu)
Gue : (dalam hati) "Buset ini cowok arab..." (dengan muka yang --> :'))
Percakapan antara gue dan Abdullah, temen exchange gue dari Arab Saudi yang punya pembantu orang Indonesia
Setting: Mobil local coordinator dalam perjalanan ke restoran di Cedar Rapids, Iowa, musim gugur 2011
Abdullah : Eh gue punya punya pembantu dari Indonesia loh
Gue : Oh ya? Namanya siapa?
Abdullah : Namanya Is
Gue : Is? Asalnya dari Jawa ya?
Abdullah : Gak tau, kayaknya bukan
Gue : Sumatera?
Abdullah : Kayaknya sih... Is ini deket sama gue, doi pembantu yang ngurusin khusus kebutuhan gue
Gue : Wow, oke, nanti kalo ketemu Is bilang dapet salam dari gue ya
Abdullah : Oke, gue sampein ntar, tapi kayaknya dia bakalan pulang deh bentar lagi, gak papa, gue punya pembantu baru sih dari Ghana
Gue : *facepalm*
Abdullah : Betewe, gue tau bahasa Indonesia-nya "one" loh!
Gue : Iya?! Apa coba?
Abdullah : (sambil nunjukkin jari telunjuk) SAMPO
Gue : BUKAN WOY, itu mah "Shampoo"!
Abdullah : Oh, berarti itu... sa... sa.... apa ya?
Gue : SATU
Abdullah : Oh, yes, yes Satu, Satu (logat arab ke-english-an sambil nunjuk-nunjukin angka satu)
Gue : (dalam hati) "Buset ini cowok arab..." (dengan muka yang --> :'))
7.10.12
Kemaren gue habis datang ke Bedah Kampus Universitas Indonesia 13. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kegalauan tentang jurusan yang ingin gue ambil saat kuliah di nanti, dan semoga saja gue diterima jadi mahasiswa Universitas Indonesia tahun depan.
Terima kasih banyak BKUI13 yang super membantu dan oh wahai BEM UI juga sebagai penyelenggara!
Well, memang sebenarnya tujuan utama gue adalah untuk belajar Psikologi (masuk Psiko pun karena ingin lebih mengenal diri dan karena gue punya kebanyakan minat, dan juga ingin menguji kebenaran quote: "Mother knows best"). Cuma gue pun perlu menjaga-jaga apabila gue pada akhirnya nggak memenuhi syarat untuk masuk ke Fakultas Psikologi, gue pun menemukan beberapa kemungkinan. Awalnya gue berniat masuk Komunikasi karena gue ingin mempelajari media dan mungkin perfilman secara lebih lanjut, tapi saat gue dijelaskan di BKUI, ternyata kurang cocok, malah perfilman lebih baik lari ke Vokasi Komunikasi. Lalu Hubungan Internasional yang teman-teman selalu menyarankan gue untuk masuk sana, gue juga nggak cocok karena nggak sreg dengan mata kuliah dan tujuan pembelajarannya, kurang gue banget gitu.
Nah, gue menemukan pilihan baru, yang fix saya akan ambil jadi pilihan alternatif yaitu:
Kenapa?
Ternyata yang selama ini gue idamkan untuk gue pelajari lebih dalam adalah tentang budaya dan hubungan antarbudaya, bukan hubungan antarnegara, yang dari dulu gue kira serupa.
Gue mengingat-ngingat lagi, ternyata gue sudah tertarik dengan perihal kebudayaan ini sejak kecil. Terbukti saat gue mampir ke stand jurusan Antropologi, mereka memamerkan bukunya James Danandjaja tentang folklor, terus gue dengan polosnya bilang, "Ih waw,bukunya James Danandjaja!" "Kamu tau dek?" "Tau kak, aku pernah baca bukunya dia waktu SD," lalu kakak Antropnya pun terbelalak. Beneran.
Yup, gue sudah diperkenalkan dengan cerita rakyat Indonesia sejak TK, dan sejak SD kelas 2, gue membaca banyaaaaak sekali kompilasi cerita rakyat yang pengarangnya beliau dan juga bukunya bu Murti Bunanta. Sampai gue pernah ulang tahun dihadiahinnya buku cerita rakyat, bukunya cutting edge dan nggak banyak orang tau gitu, judulnya Si Bungsu Katak. Terus pernah ngisi teater buat Festival Mendongeng 2004, dan pernah ikut lomba mendongeng sekolah yang tapi ujungnya gak menang.
Ditambah lagi saat gue mengenal National Geographic, dan saat mereka membahas sebuah society, kehidupan berbudaya suatu negara, adalah artikel yang sangat menarik hati, yaa contohnya artikel Suara-Suara yang Sirna Juli 2012, atau saat ngomongin kebudayaan Indian Sioux yang punya trauma di edisi Agustus 2012, wow, that's really interesting to learn.
Sepertinyapun gue harus menyusun SWOT untuk decision making soal penjurusan ini, mengingat sebenarnya gara-gara ke BKUI juga bikin gue tertarik di Sosiologi.
Dan sejujurnya gue tidak terlalu memikirkan prospek kerja karena sebenarnya, tujuan ngambil jurusan ini juga bukan karena gue mau jadi budayawan. Dunia kerja yang gue lihat adalah rumus ini:
passion + opportunity +( knowledge you have x ability) + willingness + (sincerity x good attitudes) = "Happynomics"
Kalau gue kuliah Psikologi nanti, gue akan senantiasa mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan kebudayaan dan lingustik. Sementara gue akan melampiaskan dua passion gue di bidang menulis dan performing arts dengan ikut UKM atau freelance aja. Yang jelas kalau nggak dapat Psikologi, Antropologi, maukah engkau menunggu diriku? :')
Sincerely,
GladhysGalauKuliahGalauBelajarGakSukaMatematikaAnakIPSSejati
Terima kasih banyak BKUI13 yang super membantu dan oh wahai BEM UI juga sebagai penyelenggara!
Well, memang sebenarnya tujuan utama gue adalah untuk belajar Psikologi (masuk Psiko pun karena ingin lebih mengenal diri dan karena gue punya kebanyakan minat, dan juga ingin menguji kebenaran quote: "Mother knows best"). Cuma gue pun perlu menjaga-jaga apabila gue pada akhirnya nggak memenuhi syarat untuk masuk ke Fakultas Psikologi, gue pun menemukan beberapa kemungkinan. Awalnya gue berniat masuk Komunikasi karena gue ingin mempelajari media dan mungkin perfilman secara lebih lanjut, tapi saat gue dijelaskan di BKUI, ternyata kurang cocok, malah perfilman lebih baik lari ke Vokasi Komunikasi. Lalu Hubungan Internasional yang teman-teman selalu menyarankan gue untuk masuk sana, gue juga nggak cocok karena nggak sreg dengan mata kuliah dan tujuan pembelajarannya, kurang gue banget gitu.
Nah, gue menemukan pilihan baru, yang fix saya akan ambil jadi pilihan alternatif yaitu:
Antropologi.
Kenapa?
Ternyata yang selama ini gue idamkan untuk gue pelajari lebih dalam adalah tentang budaya dan hubungan antarbudaya, bukan hubungan antarnegara, yang dari dulu gue kira serupa.
Gue mengingat-ngingat lagi, ternyata gue sudah tertarik dengan perihal kebudayaan ini sejak kecil. Terbukti saat gue mampir ke stand jurusan Antropologi, mereka memamerkan bukunya James Danandjaja tentang folklor, terus gue dengan polosnya bilang, "Ih waw,bukunya James Danandjaja!" "Kamu tau dek?" "Tau kak, aku pernah baca bukunya dia waktu SD," lalu kakak Antropnya pun terbelalak. Beneran.
Yup, gue sudah diperkenalkan dengan cerita rakyat Indonesia sejak TK, dan sejak SD kelas 2, gue membaca banyaaaaak sekali kompilasi cerita rakyat yang pengarangnya beliau dan juga bukunya bu Murti Bunanta. Sampai gue pernah ulang tahun dihadiahinnya buku cerita rakyat, bukunya cutting edge dan nggak banyak orang tau gitu, judulnya Si Bungsu Katak. Terus pernah ngisi teater buat Festival Mendongeng 2004, dan pernah ikut lomba mendongeng sekolah yang tapi ujungnya gak menang.
Ditambah lagi saat gue mengenal National Geographic, dan saat mereka membahas sebuah society, kehidupan berbudaya suatu negara, adalah artikel yang sangat menarik hati, yaa contohnya artikel Suara-Suara yang Sirna Juli 2012, atau saat ngomongin kebudayaan Indian Sioux yang punya trauma di edisi Agustus 2012, wow, that's really interesting to learn.
Sepertinyapun gue harus menyusun SWOT untuk decision making soal penjurusan ini, mengingat sebenarnya gara-gara ke BKUI juga bikin gue tertarik di Sosiologi.
Dan sejujurnya gue tidak terlalu memikirkan prospek kerja karena sebenarnya, tujuan ngambil jurusan ini juga bukan karena gue mau jadi budayawan. Dunia kerja yang gue lihat adalah rumus ini:
passion + opportunity +( knowledge you have x ability) + willingness + (sincerity x good attitudes) = "Happynomics"
Kalau gue kuliah Psikologi nanti, gue akan senantiasa mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan kebudayaan dan lingustik. Sementara gue akan melampiaskan dua passion gue di bidang menulis dan performing arts dengan ikut UKM atau freelance aja. Yang jelas kalau nggak dapat Psikologi, Antropologi, maukah engkau menunggu diriku? :')
Sincerely,
GladhysGalauKuliahGalauBelajarGakSukaMatematikaAnakIPSSejati
30.9.12
Lirik:
Iki Jowo Style!
Ireumi.. moaseyo annyeong haseyo gomawoeyo
eotteoseyo masitge deuseyo bulan haeyo
mian heyo, usu osseo Iki opo too?? Apayo?!!
Yen meh sinau bahasa Korea ora popo
tapi yen mung nggo nggaya malah dadi nyusahno
Mungkin demam artis Korea remaja tekan dewasa
pengin nonton konser mereka
Aku wong Jowo
senajan raiso
koyo ngono (hey.. !)
nggaya ngono (hey.. !)
nanging ayo podho
njogo budoyo
ben ra gelo (hey!)
ben ra leno (terlena) (hey!)
Sopan.. ramah tamah.. lembut.. ora semrawutt.. wutt.. wuttt.. wuuutttt..
Iki Jowo Style !!
Heeeei... aku wong Jowo
Iki Jowo Style !!
Dimulai soko lagu, filem hingga sinetron
rambut klambi Korea mungkin digandrungi cah nom
tapi santun berpakaian jangan dilupakan
ojo ngasi kebablasan..... ....
Heladalah! yen nggo biasaan iso dadi masalah
iso dadi lemah akidah lali ngibadah
wis ayo cah kono kabeh podho ngaji sik
iku lewih becik
ndewe wong Jowo nduwe budhoyo..
toto kromo.. (hey!)
taat agomo.. (hey!)
Ayo podho-podho njogo budhoyo
ben ra gelo (hey!)
ben ra leno (hey!)
Sopan, ramah tamah, lembut ora semrawutt.. wutt... wutt... wuttttt!
Iki Jowo Style! Jowo Style
Heeiiiiy.. aku wong Jowoo..
Asli Sragen kono ....
Iki Jowo Style!
note:
(GILAAAAAA AKU WONG JOWO BRAY BANGGA BRAY)
29.9.12
Broadway, my dream |
Sama Mas Johnny :') |
Bawa aku Mbak Poppins~ |
U-S-A RED WHITE AND BLUE! |
Times Square siang hari |
:') *speechless* |
Will I featured in the poster? Future speaks |
The Apple 'sanctuary' and Rockefeller Center, cool sunglasses huh? |
PLEASE BRING ME BACK TO STRANDS BOOKSTORE!! GIMME SOME MONEY TO BUY THIS! |
Brooklyn Bridge yeah |
This beautiful view from Brooklyn Bridge |
Good Indonesian friends, Dara (left) and Syira (right). They accompany me along the weeks in Pennsylvania and New York. World Trade Center in the background |
Broadway at night |
Finally I found where that Broadway musical plays, and I really want to watch it: "Once". I got the Playbill though :') |
Another Broadway place: Evita. Ricky Martin play as Peron and the music is by Andrew Lloyd Weber :'D |
Rela hujan-hujanan sama Syira dan Dara demi foto di Times Square malam hari~ |
I got to the Statue of Liberty |
23.9.12
Judul Buku : Malam Terakhir
Pengarang : Leila S. Chudori
Tahun Terbit : 1989 (edisi revisi, 2009)
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Halaman : xviii + 117 halaman
Malam Terakhir merupakan buku kumpulan
cerpen yang diterbitkan pada tahun 1989 dan diterbitkan kembali pada 20 tahun
kemudian dalam edisi revisi. Terdiri dari 9 cerita pendek karya Leila S. Chudori
dari tahun 1986-1989.
Leila S. Chudori merupakan seorang
wartawan senior majalah Tempo yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi
di luar negeri, khususnya Kanada.
Hampir semua cerita dalam buku ini
berlatar di kota yang ada di negara lain, seperti Paris, Brussels, dan ada juga
yang berlatar kota di Kanada.
Leila juga sukses membawa referensi
teoritis dari berbagai filsuf dan sastrawan dalam cerpen-cerpennya, seperti di
cerpen “Keats” dan “Adila”. Kedua cerpen tersebut juga menggambarkan konflik
batin yang besar dari sang tokoh utama dalam menghadapi masalah hidupnya. Dari konflik-konflik
batin tersebut, hadir sastrawan dan filsuf asing yang menemani pemikiran dan
pengambilan keputusan tokoh utama.
Pada cerpen “Keats”, Tami yang akan
pulang ke Jakarta untuk menikah dengan kekasihnya, dan juga pasrah mengikuti
kemauan serta tuntutan keluarganya, terus dihantui oleh bayangan penyair
Inggris, John Keats dan puisinya yang berjudul “Tentang Mati” dengan kutipan berikut:
Mungkinkah
mati itu tidur, bila hidup hanyalah mimpi
Dan gambaran bahagia
Luput seperti hantu
berlalu
Serta
pada bait kedua:
Menatap
bencana nanti, yang hakikatnya bangun belaka
Petikan
puisi tersebut adalah yang paling relevan dan mengena dalam keseluruhan cerita.
Tami terus mempertanyakan keputusannya untuk menikahi kekasih hatinya di
Jakarta atau kekasih jasmaninya di Brussels.
Sementara pada cerpen “Adila”,
bercerita tentang anak perempuan yang sedang mengeksplorasi seksualitasnya,
dibantu dengan imajinya akan A.S. Neill, seorang penulis Amerika, Ursula
Brangwen, tokoh utama novel The Rainbow
karya D.H. Lawrence, dan juga Stephen Dedalus, tokoh utama novel A Portrait of the Artist as a Young Man
karya James Joyce. Ketiga tokoh yang hidup dalam imajinasi Adila itu
mengajarkan tentang kebebasan dan kedewasaan pada Adila, saat ia terkekang oleh
keotoriteran ibunya yang menjadi-jadi. Namun, Adila merasa didukung oleh
ayahnya yang secara tidak langsung memperkenalkan tokoh-tokoh itu pada Adila.
Kedua cerpen ini terlihat diolah
sangat dalam dan dengan pemikiran matang, sehingga terpancar kedewasaan untuk
para pembacanya. Kedua cerpen ini pun menuntut pembacanya untuk mengkaji ulang
pemikiran yang ada dan membandingkannya dengan makna cerita pendek, agar bisa
menghasilkan suatu pemahaman baru serta pengetahuan baru tentang satra ataupun
filsafat.
Buku ini secara umum sangat
memuaskan. Tidak hanya cerita-cerita dan temanya yang menarik, tetapi pemikiran
ynag biasanya terdapat di buku filsafat atau buku sastra lain dapat ‘dikawinkan’
dan diaplikasikan dalam cerita pendek. Cerita dalam buku ini juga mengajak
pembacanya untuk ikut berpikir bersama dan bisa terinspirasi untuk menelurkan
sudut pandang baru tentang kehidupan.
Buku ini sepertinya tidak ditujukan
untuk para pembaca pemula, karena konten yang terkandung dalam cerita-cerita
pendek buku ini. Butuh pengetahuan tambahan, kesiapan dan pikiran yang terbuka
dari pembaca sendiri agar dapat lebih mengerti tentang esensi cerpen.
(Catatan: yang plagiat tulisan ini, gua sumpahin mandul, yang membaca tulisan ini tapi niatannya baik gue sumpahin masuk surga o:-))
Langganan:
Postingan (Atom)