24.2.14

By the way,
Gue Januari lalu sempat ikut casting untuk sebuah musical production, dan setelah melewati proses panjang dan usaha mengumpulkan kepercayadirian seember, hasilnya...




Gue jadi bagian dari Jakarta Movement of Inspiration Musical Cast!
Gue bakal memerankan seorang ibu kantin tak bernama yang dipanggil Emak.
Emak ini ibu kantin yang cukup 'evil' (tapi pengen naik haji) dan Betawi asli lah
Selengkapnya?
Eits, rahasia!


Tunggu aja tiketnya dijual aja yaa
Sering-sering buka jktmovein.com
tonton aksi kami tanggal 21-22 Juni 2014 :D


Selangkah ke Broadway deh gue~~~
nggak deng.



Belakangan sering muncul produk budaya populer yang mengedepankan tema cinta tapi beda. Bukan cuma film yang berjudul sama dengan tema ini yang cukup kontroversial karena ngangkat-ngangkat perbedaan agama yang ‘menghalangi’ cinta dan bikin hati nyesek bagi siapapun yang menontonnya, tapi ternyata di banyak negara, banyak banget loh ternyata literatur maupun film yang ngangkat tentang cinta tapi beda ini. Yang gue analisa dan menurut gue unik, ternyata ada perbedaan di budaya populer barat dan budaya populer timur dalam sudut pandang pengangkatan cerita cinta tapi beda ini, ribet nggak sih kata-kata gue? Oke kalo ribet, ini gue kasih contohnya.


Cinta tapi beda ala Barat:


1.   Romeo and Juliet karya William Shakespeare (Inggris)
Siapa (orang kota) yang nggak tau piece ini jaman sekarang? Bagi yang tau benar ceritanya, ini jelas banget ngangkat soal perbedaan, ini ranahnya udah soal perbedaan status ekonomi dan ideologi masing-masing keluarga yang pada akhirnya bikin si  Romeo dan Juliet cerita cintanya berakhir miris, mati bersama.


           

2.   The Great Gatsby karya F. Scott  Fitzgerald (Amerika Serikat)

Cerita cinta lain ber-setting tahun 1920-an di New York City di mana memang pada dekade itu, Amerika lagi ada dalam masa Roaring Twenties, orang-orang mulai punya banyak duit, makin banyak yang jadi kaya. Di sini kesetiaan Daisy diuji, dia malah kawin sama pengusaha kaya terus Gatsby yang seorang tentara dan bilang lagi gak punya duit ditinggal, sampai pada akhirnya Gatsby tiba-tiba jadi kaya, Daisy malah sempet kepincut lagi, terus pas dilamar balik, si Daisy malah ninggalin Gatsby lagi sampai dia dibunuh. Lagi-lagi, cinta tapi beda latar belakang ekonomi.




3. The Breakfast Club (Amerika Serikat)
Actually ini bukan film romantis sih, ini film remaja 80an klasik, tapi (spoiler alert) in the end of the story ketahuan lah pasangan-pasangan baru yg sebenernya saling suka, tapi cinta mereka terbatas sama peer group mereka di sekolah. Claire yang preppy kalau jadian sama Bender yang kriminal apa kata orang? Begitu juga Allison yang 'stress' kalau jadian sama Andrew yang super atlet itu... mana bisa? Sedih banget sih, cinta tapi beda peer di SMA bakalan bikin peer pressure yang makin gila.


Cinta tapi beda ala Timur:

               

1.    Veer Zaara (India)
Ini cerita yang super unyu antara Veer, seorang kapten skuadron udara yang hindu India dengan  Zaara yang seorang muslim Pakistan dan dari keluarga terpandang pula. Cerita berlatarbelakang perseteruan antar India-Pakistan yang pastinya juga mempengaruhi perjalanan cinta mereka yang memang udah penuh lika-liku, sampai harus terpisah. Ini cinta mereka nggak bersambut karena agama ditambah lagi karena perbedaan negara pula. Yang serupa juga bisa kita lihat di Kabhi Khushi Kabhie Ghaam (yup, 2000s Bollywood classic), yang ngangkat cinta yang tak direstui karena perbedaan status sosial-ekonomi.

                         

2. cin(T)a (Indonesia)
Lagi-lagi soal cinta beda agama, kali ini ditambah masalah beda etnis pula. Cina yang Cina-Kristen dengan Anisa yang Jawa-Islam yang saling sayang tapi kena 'tembok' perbedaan agama yang kemudian ceritanya berakhir tragis. Serupa dengan film Cinta Tapi Beda, tapi kebalik, ceweknya Katolik dan cowoknya Islam yang lagi-lagi akhirnya tragis.

                            

3. Fabulous 30 (Thailand)
Kalau cerita ini beda soal. Por yang berusia 23 tahun jatuh cinta dengan tetangganya, Ja yang berusia 30 tahun. Akhirnya sih manis, cuma garis besar ceritanya itu Ja gengsi banget untuk nerima cinta Por yang 7 tahun lebih muda dari dia. Selain itu, ada film serupa yaitu First Kiss bercerita tentang cewek bernama Sa yang berusia 25 tahun nggak sengaja nyium Ohm, anak usia 18 tahun, lagi-lagi ceweknya yang gengsi nggak pengen pacaran sama yang lebih muda (walaupun gantengnya kurang ajar).


Kesimpulannyaaa....

  • Cerita-cerita cinta yang terhalang perbedaan di budaya barat lebih tentang perbedaan status sosial dan ekonomi

  • Di negara-negara timur, cerita cinta tapi beda lebih banyak dan lebih nendang di-highlight perbedaan agama, etnis, dan usia, tapi tentang perbedaan status sosial-ekonomi tetap ada

Pertanyaannya sekarang... 

Kenapa di budaya barat, cinta beda agama dan etnis nggak jadi masalah berarti? Sementara di negara-negara berbudaya timur, kayaknya masalah banget kalau ada yang pacaran/nikah beda agama?

Ada apa juga dengan status sosial dan ekonomi yang, ternyata, di mana-mana jadi burden kisah cinta banyak orang? Padahal manusia adalah manusia yang memiliki hak sama, betul?

__________________________________________________

Wah, kalau membahas yang kayak gini, bisa jadi nggak ada habisnya ya.
Yang kayak gini perlu banget untuk direnungin. Gue mau mengambil real life message dari film-film tadi:

Mencintai dan dicintai itu adalah hak manusia dimanapun dan siapapun. Sesungguhnya perbedaan yang ada itu cuma karena gengsi manusianya aja yang pengen terlihat lebih superior, lebih terpandang, padahal kalau udah cinta mah sebenernya ya cinta aja. Lagipula di dunia ini hampir mustahil nggak ada perbedaan.

Bukan masalah makan cinta...
Tapi gue sih percaya, kalau cinta = senang = jalan menuju kebaikan bakal terbuka lebih lebar dan lebih banyak :)


 

Copyright 2010 Singa Betina yang Terjebak.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.