31.1.13

Saya seriously berterima kasih kepada para pembaca blog saya. Akhirnya saya merampungkan juga partisipasi saya pada program 30 Hari Bercerita.

Serius, ini melatih konsistensi saya dalam menulis, reviewing, gak malas untuk bercerita, mengekspresikan hal-hal dalam diri, pokoknya semuanya.

TERIMA KASIH
Sampai jumpa di post-post absurd saya berikutnya ya.
Sabagai penutup, saya akan memberikan sebuah lagu yang juga absurd dari Lonely Island berjudul Threw It On The Ground. PECAHKAN SAJA SEMUANYA BIAR RAMAI DAN KARENA KITA TIDAK SESUAI DENGAN SISTEM :) Keep writing, breakthrough!


 
AAAAAAAAAA
AAAAAAAAAA
KKKKKKKKKK
AAAAAAAAAA
CCCCCCCCCCC
AAAAAAAAAA
UUUUUUUUUUU
Atas bawah atas bawah
Deru
apa ini
pms.



(okay, so sebenarnya saya sedang mempraktekkan membuat puisi kontemporer macam Sutardji, entah gagal atau berhasil :P)







 "Panta rhei kai uden menei."
                                         -Herakleitos


"Semuanya mengalir
dan tidak ada sesuatu pun
yang tinggal mantap." 
Saya pikir, tidak seharusnya agama disangkutpautkan dengan pandangan politik. Tidak relevan saja. Dalam politik, manusia memncari kekuasaan, sementara dalam agama,manusia menjadi hamba Tuhan, bagaimana bisa menjadi penguasa namun tetap menjadi hamba? Maka itu, dua urusan itu lebih baik dipisah. Saya suka berpikir ulang, kalau ada yang bilang soal Islam liberal lah, Katolik sayap kiri lah, Yahudi moderat lah dan segala macamnya, masih belum mengerti maksud julukan-julukan itu. Jika ada yang membawa keagamaan dalam ranah politiknya sementara para kader dalam partai tersebut masih bermain kotor, korup, kan mereka menodai kepercayaannya yang dianut, mereka melanggar hukum negara dan agama. Jatuhnya munafik. Soal agama yang dicampur dengan political views, oh come on, jalankan saja agama dengan benar menggunakan caramu sendiri, jangan campuradukkan ke politik. Agama bukan hanya bersifat keduniawian seperti kekuasaan dan garis besar eksistensi agama itu afterlife. Memangnya ada politik di afterlife?
Hari ini, aku membaca majalah favoritku di perpustakaan, ya, National Geographic. Bulan ini adalah tentang penjelajahan dalam rangka 125 tahun National Georgraphic Society. Majalah ini menghidupkan dan menyalakan semangatku untuk menjadi seorang peneliti muda dalam bidang antropologi. Yes, I do want to be a young explorer and a young researcher and then become an anthropologist, jalanku untuk bekerja untuk UNESCO makin terbuka lebar dengan begitu. Aku tak pernah takut menulis ini semua, tentang mimpiku, tentang apapun pikiranku, walaupun ada saja orang yang meragukan mimpiku, sekalipun ia orang terdekat dan membuat kita 'jatuh'. Seriously, don't ever let anyone make you down on your dreams, your wants, your passion and your vision in life, it's your right. Keep dreaming, keep wanting dan tetap berjalan di jalan hidupmu yang harus bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Aku percaya bahwa aku seseorang yang berpendirian teguh dan bervisi dan aku tahu aku bisa menjadi apa yang aku mau, karena semua berawal dari mimpi.

26.1.13

Saya sedang membaca buku Sejarah Filsafat Yunani, tetapi belum selesai. Banyak hal yang mencuri perhatian saya. Pemikiran-pemikiran yang luar biasa intelektual untuk zamannya, seperti pemeikiran Phytagoras, Herakleitos, Empedokles. Yang ingin saya share sekarang adalah hal yang dianut oleh mazhab Pythagorean tentang kosmos atau semesta. Bisa di lihat di halaman 46.



Kosmos itu terdiri dari hal-hal yang berlawanan dan utamanya dalam sepuluh perbandingan berikut:
terbatas : tak terbatas
ganjil : genap
satu : banyak
kanan : kiri
pria : wanita
diam : gerak
lurus : bengkok
terang : gelap
baik : jahat
bujur sangkar : empat persegi panjang

(jujur, saya masih belum mengerti poin terakhir)



Yang saya pikir, unsur-unsur di lajur kiri tidak selamanya 'sejalan' dengan unsur dibawahnya. Contohnya 'lurus' dan 'terang' belum tentu sama dengan 'baik'. Sesuatu yang lurus dan terang memang identik dengan baik, tetapi tidak selamanya bernilai baik. Kita pun harus melihat konteks lurus dan terang itu apa. Ada lagi 'banyak' bukan berarti 'jahat' dalam lajur kanan. Itu sih yang saya pikir. Kira-kira ada yang punya pemikiran lain?

I can't say anything to this point on the Thought Catalog's article on 8 Reasons You Are Single:


3. Your life is a friend zone.

Whether you’re one of the Nice Guys who take pictures of themselves wearing a fedora and complaining about how shallow women are with no irony, or you’re a walking Taylor Swift song who thinks every girl who manages to get a boyfriend when you don’t is an evil slut, you are just not making it to the “romance” stage. For some reason, everyone you want to date is leaving you out to dry in that awkward middle ground between “we don’t really talk to each other” and “we see each other naked on a regular basis.” It’s all the agony of having to hear about your beloved’s romantic tribulations without getting to touch some titties/weenie afterwards, and it has become your life’s calling.



Alright okay, alright, you're right.
.................

24.1.13






Tidak, saya tidak menahbiskan diri saya sebagai K-Poper atau K-Drama Fan. Saya hanya ingin cerita bagaimana dunia hiburan Korea ternyata tidak melulu soal modal tampang saja, tapi sudah lihat video di atas. Astaga, rugi kalau sampai tidak. Dia mungkin gak se-mainstrean Super Junior, EXO, SNSD, dan sebagainya tapi kualitasnya gak diragukan. Ternyata dia sudah tidak muda lagi umurnya. Sudah kecimpung di Jazz dari tahun 1989 mungkin lebih lama lagi. Sudah dapat awards-awards ini seperti yang saya lansir dari Wikipedia:

  • Chanson competition (French Cultural Center, South Korea), Winner (1989)
  • Festival de Jazz de Montmartre (France), Second prize (1998)
  • France St-Maur Jazz (France), Winner (1998)
  • Concours national de jazz de la Défense (France), Special Jury Prize (1999)
  • This year's jazz singer award (South Korea), Winner (2000)
  • The 1st Korea Pop Music Awards for Best Crossover (2004)
  • Antibes ‘Jazz a Juan’, Winner (2005)
  • Today's popular music Awards Young Artist Award, Winner (2005)
  • 6th Korea Best Pop Music Jazz Album Award (2009)
  • Chevaliers of the Ordre des Arts et des Lettres (2009)
  • BMW Welt Jazz Award, Second prize (2010)
  • The 8th Korea Best Pop Music Jazz Crossover Jazz Album, Winner (2011)
  • Eco-Jazz foreign female artists of the year, Winner (2011)

OH GOD, KEMANA AJA GUE SELAMA INI.

22.1.13

Mungkin ini agak jorok, tapi believe it or not, analogi ini wali kelas saya sendiri yang mengemukakan:



"Hey Nak, kamu sekolah jangan seperti ngupil, masuknya lurus keluarnya bengkok."



Iya kan? Banyak anak yang masuk pertama kali ke sekolah, lugu, gak neko-neko, lurus-lurus saja, setelah lurus malah jadi berandal dan nggak tambah pintar karena pergaulannya. Lagipula upil kan output dari ngupil, dan itu jorok, kita nggak maupun punya output yang 'jorok', apalagi buat hidup kita sendiri. What a cool analogy :D
Well, hal-hal soal keterlambatan datang ke sekolah bisa saja menyalahkan anak muridnya. Setidaknya itu yang selalu dilakukan guru-guru, tak terkecuali. Alih-alih mereka akan selalu menggunakan jawaban: "Harusnya kalian bisa bangun lebih pagi dan berangkat lebih pagi!" semacamnya. Tapi bagaimana jika saya, atau teman-teman sekalian yang lain yang sudah punya jadwal khusus pagi hari dan sudah rutin berangkat di jam yang sama setiap hari, kemudian telat karena satu dan lain hal, contohnya karena masalah transportasi dan lalu lintas? Apakah guru-guru akan menuntut bahwa anak harus datang lebih pagi, walaupun anak sudah punya jadwal rutin?


Oke, bukan cuma perlakuan guru pada anak terlambat yang seperti itu yang saya mau garisbawahi.

Saya akan cerita sedikit. Hari Senin tanggal 21 Januari 2013 adalah hari di mana pertama kalinya dalam sejarah masa SMA saya, saya datang terlambat ke sekolah karena, again, saya harus menyalahkan commuter line, yang memang lagi trouble pascabanjir. Saya datang terlambat bersama dua teman saya dan satu guru yang sama-sama tinggal di Depok. Saat saya datang, sang guru dengan asyiknya melenggang masuk, sementara kami dihadang. Ternyata pagi itu ada sekitar 40an anak yang datang terlambat! Mereka bilang macet pagi itu tidak seperti biasanya, bahkan ada yang jalan di rumahnya diblokir karena posko banjir.


Jam 7.30 pagi, kami di suruh masuk dan di'tatar' di depan ruang guru oleh para staff kesiswaan, guru piket dan Sang Kepala Sekolah. Sang Kepala Sekolah memulai omelannya dengan mukanya yang memang saya rasa tak pernah bersahabat dan tidak ramah dengan para muridnya. "Sudah tidak hujan, sudah tidak banjir, kok kalian masih terlambat?!" ia mengeluarkan pertanyaan retoris, karena jelas ia tidak mau dijawab, "Kamu, mantan ketua OSIS!" katanya menunjuk teman sekelas saya di belakang, "Mantan ketua OSIS nggak bener!" ia lalu menanyakan di mana rumah teman saya itu dan mengomel kembali sedikit. Seorang murid laki-laki di sebelah saya yang berambut sedikit kribo sedang berbisik sedikit pada teman dibelakangnya, lalu ia menjambak kecil rambut si kribo "Jangan ngobrol!" katanya. "Kalian sudah kelas 12, masih aja telat, kamu nggak sayang duit orangtuamu apa, sampai nggak ikut PM pagi begini?!!" padahal Pendalaman Materi saat itu sedang berjalan dan entah mengapa ia tidak memperbolehkan anak kelas 12 masuk kelas untuk mengikuti.


Gurupun tidak pernah mau tahu mengapa anak-anak ini terlambat kalaupun ditanya, anaknya pasti disalahkan. Mematikan motivasi dan hormat anak-anak ini sekali. Secara sains (yang pernah saya dengar waktu saya SMP), itu malah mematikan beberapa sel otak anak, dengan menyalahkan dan membuat anak merasa bersalah.

"Kalian tidak boleh masuk kelas sampai jam 10! Duduk di sini saja, merenung!" ocehnya sekali lagi kemudian melenggangkan tubuh tambunnya ke arah kantor. Anak-anak terdiam. Hanya saya yang berani bersuara mengobrol dengan suara yang dikencangkan supaya guru-guru mendengar.

"Menurut gue sih, hukuman kayak gini tuh bego banget," kata saya mengawali obrolan, "Oke, kita di sini merenung, kita ngaku kok kalau kita salah, lagipula nggak semua anak dateng telat karena dia bangun siang kan, pada macet kan? Kereta juga lagi gak kondusif," lanjut saya,

"Benar kak, kalau bisa kita disuruh ngapain kek, daripada duduk di sini doang," jawab teman saya,

"Ya iyalah, sekarang sirkumstansinya begini, kita duduk di sini sekarang, nggak memberikan keuntungan buat guru-guru, nggak ngasih keuntungan buat kita juga, kerugian juga ada yang rugi, kita malah duduk begini nggak disuruh produktif, mikir deh, malah suruh merenung, belajar kek, baca kek, ataupun kerjain tugas. Mau merenung apa?!" Kemudian salah satu guru piket yang memang guru yang asyik, ternyata sedari tadi sudah memperhatikan pembicaraan kami, "Tuh Pak, bener nggak, daripada kita disuruh duduk begini, mendingan kita duduk sambil ngapain gitu," kata saya, Bapak tersenyum sambil mengangguk, ia kemudian menghampiri Wakasek dan membisikkan sesuatu. Tak lama sang Wakasek memberikan instruksi untuk kami, "Ya anak-anak kalau ingin sekalian membaca buku, atau belajar silakan saja, kerjakan tugas juga silakan,"


"Nah gitu kek dari tadi." bisik saya.




Memang soal anak murid yang telat, di Indonesia karena bangsa kita sepertinya punya krisis kedisiplinan, harus dihukum, tetapi hukuman haruslah masuk akal, memotivasi untuk tidak telat dan tetap memacu produktivitas walaupun telat. Bukannya diomeli dihardik dan dijudge segala macam, bagaimaan anak akan respek pada guru kalau begini caranya? Dan bagaimana pula pendidikan kita bisa mengajarkan pentingnya kedisiplinan dan keadilan tanpa pandang bulu kalau keadilan hukuman keterlambatan antara guru/staff dan murid tidak dipampang secara nyata? Malah anak-anaknya saja yang dimarahi secara lebay, tapi guru-guru tidak diperlihatkan ditegurnya, supaya kita bisa diajarkan dan diperlihatkan tentang baik-buruk. Contoh teman saya yang pernah sekolah di MAN terkemuka, ia terlambat dan dihukum untuk merangkum Bab pelajaran yang ia lewatkan pagi itu karena telat, that's it, produktif. Anak telat bukannya di'kriminalisasi' tetapi diberi hukuman yang masuk akal dan memacu produktivitas. Tak apa barang hanya berlari beberapa putaran, tetapi tidak dengan dijemur atau duduk tanpa jelas juntrungannya.





Memang terlambat datang ke sekolah itu sangat tidak enak, apalagi kalau harus berhadapan dengan Kepala Sekolah yang emang nggak kelihatan punya respek. Saya percaya dengan saya terlambat dan dihadapkan dengan situasi ini, menambah pertanyaan-pertanyaan saya tentang keadaan pendidikan, kualitas kedisiplinan pada bangsa kita dan tentang kualitas tenaga pengajar kita yang harus saya jawab sendiri dan saya harus ikut perbaiki di masa datang.

20.1.13

Ada dua hal yang saya sangat ikuti di peristiwa banjir Jakarta tahun ini.

1. Peristiwa Basement UOB Plaza


Mengapa ini menarik buat saya? Karena peristiwa ini paling jelas memakan korban dan ini sebuah kiamat kecil. Bayangkan, video ini saja diberi nama Tsunami Basement. So far sudah ditemukan dua tewas dan dua selamat dalam evakuasi tim SAR. Basement 1 sudah surut sampai 50 cm sampai dengan tulisan ini publish dan ada 20 mobil yang jadi 'korban'. Menurut berita, kerugian dari sebuah perusahaan jasa travel disinyalir sebesar 1,5 milyar dan sebuah dental workshop berkerugian 1 milyar. Mungkin terdengar lebay, tapi hal itu bisa saja terjadi. Tenants gedung ataupun para karyawan masih tidak tahu siapa yang perlu dimintai pertanggungjawaban atas peristiwa yang juga mengurangi produktivitas tenants maupun para karyawan. Ini terang sebuah disaster buat gedung ini, ya secara finansial, kegiatan ekonomi-sosial maupun infrastrukturnya, karena balik lagi, kalau ini sudah terjadi dan memakan korban jiwa mau gak mau pengelola gedung harus berpikir ulang bagaimana agar in the future hal ini tidak terjadi lagi. Mungkin juga, mereka harus memperbaiki alarm disaster, karena jelas, keselamatan para penghuni gedung nomor satu. Nggak mau kan gedungnya jadi haunted? :p JK.


2.  Banjir Pluit

Saat saya melihat berita di TV, daerah Pluit dan bahkan mall Pluit Village pun terkena imbas banjir. Ketinggian air ranging 1-2 meter. Padahal tempat ini berisi rumah-rumah mewah dan pusat kegiatan ekonomi kelas menengah atas sampai atas lah ya kira-kira. Developer macam Agung Sedayu atau Agung Podomoro juga sepertinya punya properti di daerah ini kan ya? CMIIW. Anyway, mengapa ini menarik? Karena yang saya lihat, mau gak mau orang-orang kaya bermobil keren dan berumah besar itu juga perlu mengungsi dan menaiki perahu karet. Sama seperti orang-orang di Kampung Melayu, Kampung Pulo, Kedoya, Bukit Duri yang sebenarnya rata-rata dari kalangan bawah atau menengah bawah. Ternyata banjir jadi membuat orang sama rata dan sama rasa, kesenjangan sosial jadi berkurang, yaaaah walau mereka mengungsinya pake jetski atau perahu karet pribadi sama aja lah ya. Mobil mewah Porche sama Maserati juga kerendam, sama aja.


Itu aja sih yang bisa saya ceritakan sekarang. Semoga Banjir Jakarta cepat surut dan berlalu ya. Badai pasti berlalu kok.




Hai, nama saya Gladhys dari Indonesia. Saya selalu percaya bahwa saya ini unik. Kenapa? Saya orang yang visioner, bersemangat, dan tidak takut untuk menjadi apa yang saya inginkan. Bagi orang-orang seusia saya, mereka mungkin akan menganggap saya sebagai orang yang abnormal atau sok pintar atau bukan termasuk lingkaran mereka, tapi sejujurnya saya tidak peduli. Saya bertanggung jawab atas kehidupan saya sendiri. Saya bukan pengikut, Saya seorang pengemudi. Saya tidak takut untuk berpikir out of the box, coba tebak kenapa? Karena dunia membutuhkan beberapa ide terobosan agar bisa menjadi tempat yang lebih baik. Tetapi ide-ide tidak bisa hanya datang dari saya, melainkan dari pemuda - pemudi seluruh  di dunia, termasuk kamu.
Jangan takut untuk mengikuti kata hatimu.
Jangan takut untuk menjadi berbeda dan berani!
Kau diberkati dengan beban!
I've re-posted this from this site
 The Atjeh Post - News Of Aceh    

Let's check this cool thing.

Surat untuk Walikota Lhokseumawe: Batalkan Larangan Duduk Ngangkang!

ARABIYANI (IYA) | Foto : worldofstock.com | Pengendara sepeda motor di Iran
Kehadapan saudara Suaidi Yahya yang –tidak- saya hormati,
Sungguh langkah anda sangat tepat. Kalau bisa ditambah lagi peraturan serupa agar masyarakat semakin cepat sadar; telah salah memilih walikota.
Semua ini bermula dari sms dan posting yang beredar di jejaring sosial, yang saya pikir guyonan belaka. Sungguh saya tidak paham akan ada peraturan yang menertibkan cara duduk perempuan di motor: perempuan tidak boleh ngangkang.
Peraturan ini bisa jadi akan diikuti oleh peraturan lainnya, yaitu tidak boleh bawa motor, lalu tidak boleh keluar rumah, tidak boleh bersekolah, tidak boleh bekerja, tidak boleh berbelanja, tidak boleh bersilaturahmi, tidak boleh ke rumah ibadah, tidak boleh ke rumah sakit! Serba tidak boleh ini dijadikan kebijakan karena ingin menertibkan moral, keamanan, melindungi, menghormati perempuan. Memangnya yang bertanggung jawab atas semua persoalan moral sosial itu cuma perempuan? Berarti selama ini pemerintah ada dimana? Oo ya saya ingat, pemerintahnya ngurusin selangkangan.
Saudara Suhaidi, ingatan Anda pasti mulai luntur terhadap kasus perkosaan yang menimpa seorang perempuan di Aceh bagian barat. Perempuan itu berada di pantai saat dilakukannya sweeping pantai oleh serombongan laki-laki sebagai ekses euforia dan salah kaprah atas penerapan Qanun 11, 12 dan 13.
Saudara Suhaidi, saya juga asumsikan Anda tidak tahu kasus yang menimpa sepasang remaja di kawasan pesisir Aceh Besar, yang dipaksa melakukan reka ulang tindakan “amoral” sambil difilmkan oleh masyarakat yang merasa bahwa tindakan mereka diperbolehkan oleh agama dan pemerintah atas alasan menegakkan kebenaran.
Saya pun menganggap Saudara Suhaidi tidak pernah mendengar kasus perempuan Bireuen yang terpaksa pulang ke rumah jalan kaki karena perempuan dilarang dibonceng (berduaan) oleh laki-laki lain yang bukan suami/kerabatnya, padahal suaminya terkapar sakit di rumah.
Bisa dibayangkan kalau peraturan ini digelontorkan, perempuan akan macet mobilitasnya. Otomatis anak-anak dan orang tua juga mengalami hal yang sama. Perempuan berkendaraan rentan mengalami kecelakaan.
Dari Aceh bagian lain kita akan mendapati kebijakan yang melarang pedagang menjual BH dan celana dalam karena dua benda itu disinyalir menyebabkan fantasi. Akibatnya konstalasi  sendi kehidupan masyarakat mulai ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, politik, agama akan mengalami kemunduran. Peradaban Aceh mundur ke jaman antah berantah.
Apakah nanti kita harus melihat sandiwara dimana seorang laki-laki dibebaskan dari dakwaan tindak pidana pelecehan atau perkosaan karena korbannya duduk ngangkang?
Saudara Suhaidi, banyak masalah yang menimpa perempuan dan Anda menyalahkan perempuan atas semua permasalahan itu. Sepertinya Anda merasa wajib menertibkan perempuan. Saya miris mendengarnya. Miris, karena Anda hanya menyalahkan perempuan.
Seorang kawan laki-laki pernah bilang pada saya, “Ah bisa mati kita kalau begini. Lama-lama nggak asik lagi keliling kota karena tidak bisa lihat perempuan cantik”. Saya marah pada komentar yang melecehkan ini, tetapi saya pun memahaminya. Ini adalah kritik yang dilontarkan kawan saya, karena kekhawatirannya akan upaya struktural tajam yang bertujuan menghapus keberadaan perempuan dalam siklus sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
Sungguh di Aceh semakin lucu kebijakannya. Dan lebih lucu, belum terdengar upaya Gubernur menertibkan bola liar yang menggelinding menyeruduk ke sana sini.
Saya pikir Saudara Suhaidi tidak pernah meluangkan waktunya untuk mendalami persoalan mendasar permasalahan-permasalahan riil rakyatnya. Atau, bertatap muka langsung dengan rakyat untuk berdiskusi apakah mereka lebih memilih peraturan seputaran letak kaki perempuan atau letak rumah sekolah, letak rumah sakit,letak jalan aspal, letak irigasi, letak terminal, dan letak pasar.
Saya sarankan agar Saudara Suhaidi mau berpikiran lebih terbuka. Cobalah belajar kepada walikota lain yang lebih berpengalaman dan berhasil, Jokowi dan Ahok misalnya.
Setidaknya tahun kedua kepemimpinan anda akan menjadi tahun spektakuler dan penuh pujian.  Periode dimana angka kesehatan semua masyarakat meningkat, pendapatan perkapita penduduk Lhokseumawe di atas rata-rata provinsi Aceh, tingkat pendidikan melonjak tajam.
Tidak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan positif. Dan, itu bisa Anda mulai, dengan membatalkan aturan tentang perempuan tidak boleh duduk ngangkang!
Penulis adalah  perempuan Aceh

17.1.13

http://news.detik.com/read/2013/01/17/134848/2144952/10/ini-wajah-lautan-air-keruh-di-bundaran-hi?9922032

http://metro.news.viva.co.id/news/read/383028-terendam-banjir--stasiun-tanah-abang-lumpuh



Gimana? Udah siapin pelampung, ban sama baju renangnya? Jangan lupa bawa persediaan makanan dan alat kebersihannya. Ini adalah sebuah WOWness. 

Nay, just kidding.
 
Mari kita bantu korban banjir Jakarta. Mau bagaimanapun, ini adalah bencana, entah murni karena alam atau manusianya. Bantuan kita dalam bentuk apapun sangat penting untuk selesainya masalah dan disaster ini. Bukan cuap-cuap di Twitter minta pemenuhan janji Gubernur dan Wakil Gubernur baru.
 
Sudah dua malam yang saya niatkan untuk latihan soal UN malah berujung dengan diskusi seru panjang lebar dengan ibu saya. Tentang apapun dan banyak sekali hal yang bisa kita saling cerita dan ambil sari-sarinya. Tapi yang tercantol di kepala saya salah satunya adalah cerita tentang om saya.


Malam tanggal 16 Januari itu, saya bicara sambil diteman teh dan sup kaldu hangat di ruang keluarga disertai rintikan hujan di luar. Awalnya ibu saya bercerita tentang om yang tidak pernah saya kenal karena meninggal pada tahun 1986 karena gagal ginjal, itu juga awalnya saya sendiri yang minta ibu bercerita. Namanya Slamet, atau biasa dipanggil Mamet. Om saya meninggal di usia 19, dan om adalah calon mahasiswa FISIP UGM yang sebelumnya cuti setahun karena tidak diterima SPMB tahun sebelumnya.

Saya sebenarnya sudah banyak mendengar tentang kisah hidupnya yang pendek. Menurut ibu dan tante-tante saya, om sangat care terhadap adik-adiknya, dari bayangan saya, dia itu pria yang ramah dan perhatian.

Di beberapa surat terakhirnya untuk ibu saya yang ada di Jakarta sementara ia ada di Wonogiri, ia menulis bahwa ia ingin ke Jakarta dan 'ngemong' anak-anak kakaknya saat kakaknya, yaitu ibu saya, sudah menikah one day, walau baru delapan tahun kemudian saya lahir. Sampai pada suatu hari, ibu saya membaca surat darinya yang kira-kira ada kalimat berbunyi begini: "Kemarin saya ke rumah Mas Lis (sepupu ibu saya) dan membaca buku kedokteran, sepertinya penyakit saya sudah tidak bisa disembuhkan lagi, Mbak."

Saya bisa membaca mata ibu saya yang berkaca-kaca saat menceritakan hal itu.

Kemudian ibu saya bercerita bahwa sepeninggal om saya, eyang putri berkabung selama 100 hari dan tidak keluar rumah selama masa berkabung itu.

Then, my mom said: "That's how hard to have a family member leaving us early, and it's tough"

And then I realize, I'm not that family-oriented,
I feel so bad.

I just want to pray for him from here and pray to God to always protect him, although I never knew him at all. Hanya fotonya saja yang sering saya lihat, itupun tak banyak.

Well, om saya pernah bilang di suratnya kan bahwa ia pengen 'ngemong' anak-anak kakaknya, did he done that to me in the different world? or did he watch me and my sister in his world? Hmm...


15.1.13

Saya punya pesan buat teman-teman mahasiswa dan calon mahasiswa. Ini yang ada dipikiran saya:



"Mahasiswa itu adalah pengubah dan mengubah, bukan diubah."



Maksudnya apa? Hmm.. yang saya pikir, menjadi seorang mahasiswa itu adalah sebuah tanggung jawab, bukan cuma buat diri sendiri dan keluarga tapi juga buat lingkungan sekitar. Menjadi mahasiswa juga bukan cuma tentang mengubah lingkungan sekitar tapi juga mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik. Kemandirian dan independensi seseorang bisa sangat dilatih saat usia mahasiswa, bukan cuma karena ngekos sendiri tapi juga karena tanggung jawab akademik dan pengembangan diri sepenuhnya dikembalikan pad adiri sendiri bukan? "Bukan diubah" maksudnya lebih ke pengaruh lingkungan sekitar. Mahasiswa seharusnya bukan lagi anak SMA yang tergantung sama keputusan guru, tergantung keputusan teman dan segala macamnya, tetapi kita sendiri yang mengubah pilihan kita bukan diubah oleh pilihan orang lain. Kepada teman-teman yang sudah mahasiswa, apakah ada yang punya pendapat lain? CMIIW, seriously :)
Senin sore tanggal 14 Januari 2013, saya dikejutkan oleh hal besar di Pasar Minggu.
Saya sehabis pulang try out di sekolah yang saya selesaikan buru-buru, sekitar jam 15.30 WIB tepat, langsung menuju kota tercinta saya, Depok, untuk belanja buku persiapan UN dan membeli binder di stasiun UI. Urgensi membeli binder itu adalah berjaga-jaga apabila pedagang di stasiun UI benar-benar akan digusur semua (jangan sampai terjadi), which will disappoint me very much.


Saya pikir, sore itu akan berjalan normal, tetapi kenyataannya tidak, saat saya lihat puluhan bahkan ratusan orang berbondong-bondong keluar dari Stasiun Pasar Minggu. Saya pikir, ada apa ini? Sepertinya kereta mogok. Yang lebih mengherankan lagi adalah, jarang sekali ada angkot 04 jurusan Depok Timur-Pasar Minggu, hanya ada beberapa. Saya kemudian lebih membuka telinga saya untuk mengetahui ada apa gerangan. Demonstrasi mahasiswa. Wow, pikir saya. Stasiun Pondok Cina diblokade mahasiswa serta pedagang di stasiun yang akan digusur. Mengacaukan seluruh perjalanan para komuter ini. Saya masih berpikir bahwa ini wow, dan di sepanjang perjalanan Pasar Minggu-Depok dalam Bus 75 yang dijadikan bus bantuan/charter untuk para penumpang menuju Depok pada hari itu, saya tersenyum.


Mengapa saya tersenyum? Saya merasa bahwa, mahasiswa-mahasiswa ini keren sekali. They made an impact that afternoon, a very big impact. Bukan karena perjalanan orang-orang terganggu, tapi mereka bisa membuat bagaimana mereka bisa dibicarakan. Soalnya, sepanjang perjalanan, saya tidak pernah dengar ada orang yang mengeluh tentang demo ini dan mengkritik, baru di media sosial saya melihatnya. Kedua, saya tersenyum karena saya terkesan dengan keberanian mereka beraspirasi dan shout what they need to shout, walau yang saya dengar ada beberapa metode yang nggak benar juga, dengan melemparkan batu lah, membawa balok kayu segala apa, saya kurang setuju kalau itu karena terdengar menjurus ke arah aksi anarkis, tapi aksi mereka meng'human shelter'kan rel kereta itu yang bikin saya terkesan. Nggak semua orang berani melakukannya.


Salah seorang teman saya bertanya pada saya di Twitter: "Kenapa kamu bangga dengan mereka yang jelas melanggar hukum?" Well, pertanyaan itu kurang tepat dilontarkan ke saya, karena saya sendiri adalah seorang yang rebel. Saya ini bukan manusia yang gampang menurut oleh aturan tertentu, walau saya tahu saya adalah warga negara Indonesia yang bilangnya adalah negara hukum. Saya sebenarnya bukan orang yang suka melanggar hukum pula, tapi jika saya melihat hal yang kurang sesuai dengan pandangan saya atau yang saya pikir dapat mengganggu hak dan kebebasan orang lain, saya berani-berani saja melawan.


Memang sih, ada beberapa hal yang tidak baik dalam pelaksanaan demonstrasi, di manapun itu, seperti menghambat transportasi lah, atau bikin macet jalan, fasilitas umum dirusak secara disengaja maupun tidak, dan sebagainya, tetapi saya sangat memegang teguh freedom of speech yang saya bawa dari negara tujuan pertukaran saya tahun lalu. Saya pikir, setiap manusia, secara individu maupun kelompok punya hak untuk mengekspresikan pendapat dan kekecawaannya dalam bentuk apapun. Itulah yang saya mau garisbawahi dalam setiap aksi demonstrasi.


Saya memang ingin sekali menjadi bagian dari sebuah kelompok demonstran atau aksi damai dan orasi publik suatu hari nanti, mungkin saat saya jadi mahasiswa, terlebih saya tergolong orang yang ekspresif. Saya juga akan tetap berusaha untuk menjalankan aksi unjuk rasa yang juga tidak melanggar hukum dan tidak mengganggu kepentingan dan/atau hak orang lain. Saya hanya ingin menyampaikan aspirasi, entah itu dari saya sendiri dari kelompok yang saya bawa nanti atau dari banyak rakyat yang sebenarnya sudah lelah mengadu dan belum percaya diri untuk berdiri sendiri melakukan swadaya dalam membantu program pemerintah yang belum pernah dilaksanakan.


Sore itu membuat saya gemetar dan menggebu, saya ingin merasakan menjadi bagian dalam aksi semacam itu walau sekali. Saya mungkin masih belum mengerti banyak tentang hal-hal ini, saya juga kurang pengalaman tentang kehidupan mahasiswa dan kehidupan aktivisme yang beragam jenisnya dan beragam latar belakangnya. Saya harap di suatu sore, suatu siang atau mungkin suatu pagi, pengalaman itu akan datang pada saya. Saya tidak takut dianggap bodoh, saya tidak takut dianggap buang-buang tenaga dan waktu, saya tidak takut dianggap aneh atau apapun yang jelek-jelek. Tidak apa-apa. That's why it is called experience so that we can learn things.



13.1.13



Setelah kemarin puas dengan lagu yang rada ajeb-ajeb, sekarang saatnya kembali ke habitat yang super funky dan sangat mencuci bersih telinga dan mengademkan hati serta mengasah suara bernyanyi saya.
Mix lagu-lagu di atas memang sepertinya mix banget ya. Jelas, ini jazz dan folk yang punya perbedaan dalam warna musik tapi tetap masing-masing genre di atas punya musikalitas yang tinggi.
Lirik-lirik lagunya juga nggak diatur secara asal dan bermakna. Kalau tidak punya arti yang sangat mendalam, kalimatnya puitis banget. Keren lah.

Saya bersuara alto. Makanya saya suka banget lagu jazz dan folk karena sesuai sama range vokal saya (eaaa berasa penyanyi pro padahal apa banget). Sebagian besar lagu di atas adalah algu favorit saya di kamar mandi dan di kamar saya, he-he-he. Saya ingin sekali suatu saat bisa bernyanyi di gig Jakarta setelah sebelumnya pernah (dengan hancurnya) bernyanyi lagu Don't Know Why-nya Norah Jones bersama 1st Street Jazz Band SMA saya di Amerika.

Ya sudah.
Apakah ada yang satu selera dengan saya? Silahkan loh sharing :)
 
1. Smooth Operator - Sade
2. Me In You - Kings of Convenience
3.  Mata Berdebu - Sore
4. A Dance 'Round The Memory Tree - Oren Lavie
5. Still A Friend of Mine - Incognita



12.1.13

Habis baca-baca tentang polyglot, polymath dan sejenisnya. Kemudian di Wikipedia menemukan laman
"List of people who have been called a Polymath"

Di mana di list tersebut banyaaaaaaak sekali Muslim scholars-nya, jadi bangga deh.

Habis itu saya menemukan nama orang ini dengan banyak profesi: Leonardo Da Vinci.
Nih baca:



Leonardo da Vinci (1452–1519); artist, scientist, inventor, painter, sculptor, architect, engineer, mathematician, physicist, philosopher, humanist, alchemist, biologist, naturalist, anatomist, geologist, technologist, astronomer, cartographer, botanist, cryptographer, geometer, draftsman, designer, scenographer, stylist, musician, writer, author and poet. Often called geniuses' genius and Universal Genius, is regarded as "the original 'Renaissance Man'" and is one of the most recognizable polymaths ever. He is widely considered to be one of the greatest painters of all time and perhaps the most diversely talented person ever to have lived. "In Leonardo Da Vinci, of course, he had as his subject not just an ordinary Italian painter, but the prototype of the universal genius, the 'Renaissance man'..."; "prodigious polymath...".["The scope and depth of his interests were without precedent... His mind and personality seem to us superhuman".[122] A man of "unquenchable curiosity" and "feverishly inventive imagination".[123] Among his works, the Mona Lisa is the most famous and most parodied portrait and The Last Supper the most reproduced religious painting of all time. Leonardo's drawing of the Vitruvian Man is also regarded as a cultural icon, being reproduced on everything from the euro to text books to t-shirts. Leonardo is revered for his technological ingenuity. He conceptualized a helicopter, a tank, concentrated solar power, a calculator, the double hull and outlined a rudimentary theory of plate tectonics. He made important discoveries in anatomy, civil engineering, optics, and hydrodynamics. Leonardo's scientific accomplishments are often reduced to inventions (of which he made very many) or to speculation, and an adventurous spirit. Recent writing shows that he was in fact a serious and brilliant scientist, concerned with what today is called 'systems theory', or complex systems; but he devised scientific reasoning models for experimentation, and conducted experiments with validation procedures, all of which qualify him as a scientist in the true sense as well For the extraordinary and unprecedented range of his work, of which only a minority survives, he is universally considered one of the greatest geniuses in the history of mankind.




Anjrit lah, nggak ngerti lagi. 

 

11.1.13

Saya adalah seseorang yang sangat setuju dengan gender equality.
Walau saya mengerti beberapa batasan-batasan dari ekualitas gender, karena menurut pandangan saya, laki-laki dan perempuan memang punya perbedaan mendasar secara fisik yang memang nggak bisa diubah karena dari sononya, alias kodrat fisik.


Buat saya, laki-laki dan perempuan itu punya kesamaan hak dan kewajiban secara individu. Kecuali jika dalam keluarga baru, memang harus ada sebuah kesepakatan dan komitmen khusus dalam membangun keluarga. Saya pun berpendapat, baik laki-laki maupun perempuan harus menghargai kebebasannya masing-masing, nggak ada yang boleh saling mediskreditkan decisons masing-masing, serta nggak boleh looking down each other either. Saya lebih suka jika perempuan dan laki-laki saling berbaur dan sharing their own strengthness tanpa melihat gender atau orientasi seksual masing-masing.


Saya memang bukan seorang feminis, saya juga bukan aktivis HAM. Saya hanya sadar kalau saya mau menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, saya harus bisa melihat seluruh manusia sebagai manusia, terlepas perbedaan yang ada, karena setiap manusia punya kebebasan yang harus berdasarkan pada hati nuraninya.


Beberapa guru di sekolah saya terlihat nggak setuju dengan adanya ekualitas gender dan mengatasnamakan agama. Mereka bilang laki-laki kodratnya memimpin dan perempuan mengurus keluarga dan sebagainya, saya sebagai perempuan agak kesal juga sih, walau saya hargai pandangan mereka. Balik lagi, laki-laki dan perempuan punya hak dan kewajiban yang sama sebagai individu, nggak boleh dibeda-bedakan. Setiap laki-laki dan perempuan punya pilihan hidupnya masing-masing, nggak boleh ada yang lebih disuperiorkan.


Adanya ekualitas punya 'hikmah' tersendiri. Ekualitas membuat toleransi jadi lebih terjaga dan tercipta di banyak lapisan. Ekualitas juga memberi kesempatan bagi semua orang untuk menjadi apa yang mereka mau tanpa harus terkekang oleh regulasi-regulasi seksis atau aturan adat yang kadang menjunjung superioritas suatu particular gender. Bahkan, semua agama juga ngajarin ekualitas, tapi ekualitas dalam agama memang ada batasannya dan nggak tidak terbatas.


Ini sudah 2013, sudah seharusnya ekualitas merupakan hal yang tidak perlu diingatkan lagi pada orang-orang banyak. Ekualitas itu soal toleransi.


Manusia adalah manusia, mereka punya kebebasan dan kewajiban. Tidak ada yang boleh mengekang satu sama lain karena manusia itu semuanya sama. Every single human is equal.


10.1.13

Saya lagi nunggu angkot pulang di daerah Depok dan lagi gerimis saat percakapan ini saya dengar dan saya menahan ketawa di jalan.


Ibu 1: Apaan sih itu 'biutipul' 'biutipul'?
Ibu 2: Iya itu 'biutipul' 'biutipul' lagunya Chibi-chibi kan ya? Anak emak juga 'biutipul' deh nih
Anak: Bukannya Chibi ngomongnya "yodium yodium" ya mak?
Ibu 2: Yodium? Garem kali!


Beautiful ---> Biutipul ---> Yodium


Oh God, WHY. 

9.1.13

Buat saya, diversitas yang ada di dunia, termasuk di Indonesia, adalah suatu hal yang sangat baik adanya dan sebuah berkah dari Tuhan. Kalau tidak ada perbedaan di dunia, ya dunia ini nggak akan ada dinamika, walau bisa jadi nggak ada konflik, tapi kan kalau nggak ada konflik nggak bakal ada perubahan, kata Karl Marx dalam teori konflik dalam perubahan sosialnya. Perbedaan itu indah. Perbedaan harus dihargai dengan sebaik-baiknya dan kita harus menerima hal ini karena perbedaan tidak akan bisa dipisahkan dari hidup kita bagaimanapun ceritanya. Bahkan setiap agama mengajarkan tentang perbedaan dan tetap mengahrgainya kan. Perbedaan itu banyak tingkatannya, tapi yang paling kompleks adalah perbedaan yang ada di setiap individu. Nggak ada manusia yang plek sama persis physically or non-physically. Semua manusia pasti punya perbedaan. Itu lah alasan lain kenapa kita harus menghargai perbedaan dan harus selalu menerima dan menghargainya karena memang perbedaan itu ada di mana-mana dan kita seharusnya tidak bisa mengganggu perbedaan yang ada di setiap diri manusia, apapun itu. Guess what, Tuhan kan yang menciptakan perbedaan? Tuhan punya tujuan khusus kenapa harus ada perbedaan di dunia.


Teman saya sesama aktivis gerakan kepemudaan punya virtual activism project yang namanya Bless Burden
bisa di akses di sini:


Dari sini saya makin belajar bahwa. Kita, manusia, terberkahi dengan adanya perbedaan.
Mari berpartisipasi dan mari bersama-sama cintai setiap perbedaan yang ada.

We are blessed with burden.

8.1.13

Tahun baru datang, siapa yang mengawali?
Bulan ini adalah Januari
Tiga puluh satu hari dipenuhi presipitasi 
Lima Selasa menanti
Selasa adalah hari kedua 
Hari yang jarang dirayakan oleh pemuda
Hari pertengahan dalam seminggu
Membuat para pemuda termangu
Meratapi hari-hari menyebalkan
Menyesalkan sekolahan
Menyalahkan keadaan
Pantaskah kita mengeluh
Tentang ilmu-ilmu yang kita rengkuh
Sekali pun bukan hanya Selasa pemuda merengut
Lima enam hari dalam seminggu hidup terasa terenggut
Sadarkah kita sesungguhnya sedang meraih fajar epifani?
Untuk masa depan kita yang seharusnya penuh inovasi
Jika Jumat atau Sabtu atau Minggu bertandang
Ubahlah sudut pandang
Lampiaskan ilmu dengan senang
Tanpa Selasa-Selasa di Januari
Hidup kita tak akan berarti

 

7.1.13

Sebenarnya begini, jujur saja.
Saya sebenarnya sudah mulai tidak cocok berada di SMA sejak kelas 11.
Sampai kemudian saya dapet beasiswa pertukaran pelajar untuk tahun ajaran 2011/2012.
Saya makin sadar bahwa saya sudah seharusnya not belong to the high school society anymore.
Saya malah  merasa bahwa kalau saya the real anak SMA adalah ketika masuk kelas 10. Saat saya berada di SMA saya yang di Amerika tahun lalu, saya lebih merasa punya school spirit dan rasa bangga memiliki sekolah, yang American high school tentunya.
Malah di sekolah saya yang sekarang ini saya nggak merasa nyaman. It's not about the teacher or the lessons, it's more about the system.
Y'know how Indonesian curriculum system works right?
Ditambah lagi pergaulan di sekolah yang ngegap. Siapapun kalau ditanya, pasti akan lebih memilih main ke mall, hangout, makan dan konsumtif segala macam, mereka jadi semacam menyulap lembaga pendidikan menjadi lembaga pergaulan, mereka lupa tugas utama mereka.
Mending ya bergaulnya masih produktif, ini perilaku malas berpikirnya aja ketahuan, nggak cuma di sekolah tapi dari cara bergaul juga ketahuan kalau cuma mau senangnya doang.


Buat saya, adolescent phase itu seharusnya bukan cuma soal bersenang-senang aja.
Itu kan masa peralihan dari anak-anak ke kedewasaan.
Harusnya masa remaja itu adalah masa pembelajaran yang paling banyak untuk bekal seumur hidup.
Masa dewasa mah enak tinggal ongkang-ongkang kaki review-ing dan mengimplementasikan pelajaran hidup maupun pelajaran dari pendidikan yang udah didapat waktu remaja.


Ya sudah.
Jadi, saya memang harus kembali ke kungkungan seragam putih abu-abu ini.
Saya mau jadi seperti Jean-Dominique Bauby yang sekujur tubuhnya memang nggak bisa digerakkan kecuali mata kirinya yang bisa berkedip, tapi pemikirannya seperti kupu-kupu yang terbang bebas.
Saya bersyukur pemikiran saya masih bisa melanglangbuana.
Saya bersyukur saya masih bebas berpikir dalam kungkungan sementara ini.


Saya ikhlas kembali ke kungkungan, karena memang ini adalah proses yang hampir semua peserta pertukaran pelajar dari Indonesia dan saya tahu nggak cuma saya yang berjuang dalam fase pascapertukaran ini.


Saya tidak sabar Ujian Nasional. Saya sangat siap untuk Ujian Nasional.
Karena itu lah kunci kebebasan saya.
Semangat!

6.1.13

our last full member gathering, May 20th, 2012


International Dinner, RIP Rayetta Fetter (the one who sit was our deceased coordinator) October 14th, 2011
ma good friends, October 14th, 2011

Halloween Party on Bloomsbury Farm, early October 2011

Salah satu hal yang paling saya kangenin dari tahun pertukaran saya adalah pertemanan sesama exchange students dalam organisasi penempatan kami.
There were 15 amazing youth from 13 countries around the world that became my very good friends in 2011/2012 academic year hosted by our placement organization PAX, and we were hosted in eastern part of the state of Iowa.
 Beberapa dari kami adalah penerima beasiswa penuh dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, ada yang dari program FLEX dan ada dari program YES. They have different personalities and they are so friendly and welcome. I never experience things that are not fun with them and I always feel so happy every time I'm talking and having fun with them.
Bahkan, kita bisa saling curhat-curhatan kalau ada masalah, merasa ada yang satu nasib, yang kangen negara masing-masing saling sharing, yang bisa cerita minat masing-masing, mimpi masing-masing, semuanya deh.
Saya beruntung banget bisa bertemu mereka. Saya belajar banyak dari mereka. Perspektif saya banyak berubah karena mereka. Banyak dari teman-teman saya ini yang lebih muda dari sana tapi keberanian mereka untuk ikut pertukaran pelajar bisa jadi lebih besar dari pada keberanian saya. Saya jadi tahu lebih banyak tentang negara dunia dan kehidupan remajanya.
Saya kangen mereka semua.
Saya kangen kebersamaan dan sesi berbaginya.
Saya kangen volunteering bersamanya.
Saya kangen berkeluh kesah tentang Iowa yang penuh ladang jagung, sementara most of us datang dari perkotaan di negara masing-masing.
Saya kangen tertawanya.
Saya kangen belajar bahasa sama mereka.
Saya kangen saling memujinya.
Saya kangen kami semua bertemu.
Memang nggak ada yang nggak mungkin kalau kita having reunion. 
Mungkin sama sahabat Thailand saya mungkin gampang lah ya, atau kalau gua naik haji ke Arab bisa ngesot-ngesot ke rumah sahabat saya di Riyadh ;)
Intinya adalah, saya bersyukur bisa menjalin pertemanan internasional, jadi saya nggak perlu lagi deh kuliah Hubungan Internasional buat cari teman-teman internasional, karena teman itu bisa datang dari pengalaman apa saja dan di mana saja, iya kan?

5.1.13


Tiada kata yang bisa menggambarkan betapa nikmatnya mendengarkan lagu-lagu di atas yang kesemuanya sedang jadi primadona iPod saya. Pada dasarnya saya memang pecinta lagu electronic tapi nggak suka yang cuma instrumental, harus ada yang nyanyi. Terkecuali lagu End Title Tron Legacy-nya Daft Punk itu rare case, saya jatuh cinta berat sama film itu, film yang sangat electro~ 

Banyak yang bilang kalau lagu electro itu cuma berisik doang, nggak ada instrumen musik yang jelas dipakai. Kalau menurut aku, musik itu bisa dibuat dari mana aja, termasuk walau hanya dari software atau DJ devices or drumpads or stuff, yang penting kan musikalitasnya. Bahkan banyak pemusik-pemusik electro yang memang punya background pendidikan di musik

Apakah ada yang satu selera dengan saya? Silahkan loh sharing :)

List lagu di atas:
1. Paris (Aeroplane Remix ft. Au Revoir Simone) - Friendly Fires
2. End Titles - OST Tron: Legacy - Daft Punk
3. This Love ft. Elizabeth Fraser - Craig Armstrong
4. Beyond The Invisible - Enigma
5. Silvia - Miike Snow

Enjoy.

4.1.13

Sudah sekitar 2 minggu belakangan, saya ketagihan sama sebuah social network, yang ternyata nggak baru-baru amat. Social Network ini menurut saya adalah social network paling providing intellectual contents dan dengan konten paling berguna, karena socnet ini mengajak para penggunanya bertanya tentang hal apapun dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna lain, most of the topics adalah tentang hal-hal yang nggak konvensional, atau tergantung topik yang diminati dan diikuti si pengguna. Quora juga punya beberapa topik yang memberi life advice dan pengembangan diri loh, jawabannya pun bagus-bagus. Walau mulai banyak pertanyaan dan user yang jawabannya gak jelas, tapi tetap pertanyaan dan jawaban yang berkualitas jauh lebih banyak.


Penasaran? Ini print screen pengenalannya:


Ini halaman profilnya.
Ini home screennya. Providing aktivitas orang-orang yang kita follow dan topik serta pertanyaan yang kita follow, ada juga tombol Unanswered Question buat mencari pertanyaan yang mungkin kita bisa jawab dan Views, di mana kita bisa lihat siapa-siapa aja yang udah baca jawaban dan pertanyaan kita
Ini question atau discussion screen. Di atas petanyaan ada topik pertanyaannya dan biasanya ada question details di bawah pertanyaannya untuk lebih jelasnya. Di bawahnya langsung ada jawaban dari para pengguna lain dan di sampingnya ada related questions. Di setiap jawaban kita bisa upvote atau downvote jawaban itu yang artinya kita dukung atau nggak jawaban itu, semacam like atau unlike lah kalo di Youtube, dan kita bisa komentari pertanyaan atau jawabannya



Jadi selamat mencoba Quora di sini:
Jangan lupa add follow saya ya he-he-he ;D


Selamat mencoba, wahai insan-insan yang penuh pertanyaan.


3.1.13

Life is not measured by the number of breaths we take but by the moments that take our breath away. -(well I still don't know who exactly said this, but it's maybe Hillary Cooper or Maya Angelou, any thoughts, readers?)

 

Guess what, aku punya quote tandingannya loh. Ini buah pemikiranku dan hasil observasiku.

 

Life is not about what is your desire but is about what you can do to best for yourself to reach your desire.

dengan apa?

Passion.


any thoughts? 

2.1.13

Akhirnya, gue kembali di saga kereta ini.

Sudah enam bulan terakhir, gue kembali ke sekolah menengah atas yang jadi tempat belajar gue sejak 2009, setelah setahun mengenyam pendidikan pertukaran di negeri orang. Ya kalau ke sekolah nggak mungkin nggak naik kereta dong, kecuali kalau mau telat. Depok-Kalibata gitu loh. Kereta nglaju Jabodetabek banyak berubah sejak gue pulang. Banyak hal yang cukup menyusahkan gue direct setelah gue mau masuk ke sekolah lagi. Banyak juga hal yang... okay... Ini dia timeline dari Juli sampai Desember tentang hidupku bersama kereta



1. Pas gue dateng ke stasiun untuk pertama kali setelah setahun, gue baru ingat bahwa KLS udah nggak ada, gue bolak balik ke sana kemari buat nyari infotentang Kartu Commet itu, ternyata Juli itu gue udah nggak bisa beli Kartu Commet. Kewalahan part one.


2. Postifnya, kereta Commuter Line yang formerly known as AC Ekonomi, sekarang jauh lebih banyak ketimbang Ekonomi. It's a good thing for me karena ini menujukkan perubahan PT. Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) yang bisa dibilang progresif lah. Harga tiketpun cuma beda Rp. 500 dari harga dulu. Lumayan. Walau pelayanannya masih gitu-gitu aja. Logonya berubah dan rutenya sekarang ada lingkar Jakarta, kerena banget lah.


3. Hidup berjalan begitu oke-oke saja waktu Agustus. Siklus transportasi gue berubah. Pagi kereta, pulang naik angkot 3 kali, yang lebih murah cost-nya dari naik kereta. Oke. Not that bad. I cope with panasnya Jakarta Selatan already.


4. Sampai suatu ketika di bulan September, sepertinya tanggal 8 dan di hari Sabtu, seorang teman baik yang dermawan hatinya menawarkan Kartu Commet-nya yang nganggur untuk gue pakai dengan status meminjam. Oh memang, sungguh berarti sekali bantuannya ini. Karena apa? Karena akhirnya gue bisa naik kereta pulang pergi dan kemanapun gue mau, bahkan ke tempat kerja tanpa membayar tiket setiap hari karena Kartu Commet itu abodemen, jadi isinya perbulan dan perjalannya unlimited~ Karenanya, gue sangat berterima kasih yang tak terhingga sampai ruang angkasa yang belum jelas batasnya itu.


5. September, Oktober, November. Ahhh, transportasi gue tiada masalah sebenarnya.... kecuali dua hal:


6. Harga tiket Commuter Line naik jadi Rp. 8000 rupiah untuk tujuan Depok dan Rp. 9000 untuk tujuan Bogor, menyamai harga Depok Ekspres yang dulu harganya Rp. 9000. Kenaikan harga ini juga mempengaruhi kenaikan harga e-KLS dan e-KTB, d'uh obviously. Kenaikan harga ini membuat semKua pengguna kereta, termasuk gue, berharap bahwa KCJ bisa improving their services, berharap bahwa kereta gak bakalan telat lagi, berharap bahwa kereta commuter akan makin memuaskan dan berkualitas. Nyatanya? Kenaikan Rp. 2000 itu belum worth apa-apa tuh. Setidaknya yang gue rasakan ya




7. November pertengahan, sekitar tanggal 20an gitu, rel antara Bojong Gede dan Cilebut longsor. Semua kereta berakhir di Bojong Gede. Kereta makin banyak telat. Mungkin karena hujan juga, ada aja masalah sinyal atau masalah apa yang bikin kereta telat atau batal. Tercatat pernah 1 minggu penuh kereta trouble terus. Pissed many people already. Tapi people nggak bisa berbuat apa-apa atau protes banyak-banyak, kereta commuter udah memberikan banyak kontribusi untuk kehidupan perkotaan kita sih.


8. Sampai Desember, sesuatu yang bagai petir datang *halah*. Kartu Commet akan ditarik peredarannya dan udah nggak berlaku lagi. Makin pissed off saya. Sekarang saya harus bayar Rp. 8000 setiap pagi. Astaga. Mengesalkan. Kartu Commet itu sangat berguna buat para pelajar karena bisa menghemat. Alhasil gue harus mengembalikan kartu sakti itu ke teman saya yang baik itu, kemudian pulang dengan metode sama di bulan Agustus. Ada asumsi bahwa Kartu Commet ditarik karena ingin menutupi kerugian pasca-longsor. Tapi apapun alasannya ini cukup membuat saya tidak puas.


9. Desember ini pula dimulai penertiban. Untuk remaja yang (harusnya) labil seperti gue, gue akan berkata: Penertiban paledut?! Penertiban ini membuat stasiun-stasiun sepi, nggak ada penjual. Kan banyak penumpang yang pengen beli ini-itu, kalau lapar atau haus di jalan habis kerja kan enak sambil nunggu angkutan pulang sambil memasukkan nutrisi. Nyari aksesoris murah susah. Mau menambah wawasan dengan beli koran susah. Walau positifnya stasiun lebih adem-ayem saat malem, tapi waktu siang berasa gersang. Apalagi sekarang yang mau ditertibkan Stasiun UI. Man, are you kidding?! Stasiun UI itu adalah gudang seluruh barang yang baik lagi murah, nggak pernah ada yang merasa dirugikan tuh para customer maupun orang yang lewat, apalagi dagangan pedagang pada laku di sana. KCJnya aja sentimen mau sok-sok sterilisasi tapi ini kan merugikan banyak pihak. Kalau sampai di demo sama mahasiswa berarti kan kios-kios di Stasiun UI menguntungkan sekali dong keberadaannya?



Oke, niat mau cerita malah menyampaikan uneg-uneg, wow, sampai 9 poin lagi.
Satu hal yang bikin gue nggak bisa sangat terlalu protes sampai ngotot adalah: Kereta Commuter itu sangat dirindukan dan didambakan dan memudahkan walau pelayanannya bikin kesal.





1.1.13

Ketika berbicara soal Tahun Baru, semua orang berlomba-lomba membuat resolusi. Semua orang membuat daftar target, apa-apa saja yang harus dicapai setahun ke depan, apa-apa saja ambisi yang belum tercapai dari tahun-tahun yang sudah berlalu.

Ketika kita berbicara tentang resolusi, semua orang berlomba-lomba membaginya kepada khalayak ramai, menceritakannya pada teman, pacar, keluarga, semuanya, bahkan Twitter dan Facebook perlu mendengarnya. Kemudian ketika resolusi diberitakan kepada banyak orang, hal itu jadi retorika kosong saja.

Ketika resolusi hanya jadi retorika kosong, perlahan-lahan kita akan melupakannya, karena apa? Kita hanya semangat memberi tahu target-targetnya tapi mungkin kita sendiri nggak menyimpan resolusi itu dalam hati dan berpegang teguh dengan visi yang sudah direncanakan tetapi tidak disusun dengan misi-misi yang tepat atau bahkan misi-misi tersebut tidak disusun.

Bukan, saya bukan bicara bagaimana saya nggak suka orang bikin resolusi, saya sendiri bikin resolusi kok, tapi saya cuma simpan saja dalam hati. Kalaupun perlu diceritakan (karena saya nggak tahan) saya akan cerita kepada orang yang saya percaya saja, dan kalau soal ini, mungkin nggak lebih dari 3 orang. Saya memang sedikit terpengaruh dengan artikel Scientific American tentang bagaimana resolusi kalau bisa tidak diberitahukan kepada siapa-siapa karena kemungkinan besar tidak akan tercapai, tapi kemudian saya jadi terpikirkan tentang hal ini. Untuk baca artikelnya, cek di sini:

http://blogs.scientificamerican.com/culturing-science/2012/12/30/new-years-resolution/

Jadi resolusi memang penting untuk disusun, setidaknya untuk pegangan target buat setahun ke depan, tapi resolusi akan lebih penting untuk menjadi hal dimana kita berlatih berpegang teguh dengan apa yang kita mau dan fokus menjalaninya tanpa harus terpengaruh orang lain. Untuk menjalankan sebuah resolusi, kita harus menyalakan mode visioner. Jangan sampai hanya jadi koar-koar Twitter saja, tapi jadikanlah resolusi sebuah keinginan mulia yang nggak cuma harus tercapai di tahun ini tapi bisa berefek ke tahun-tahun selanjutnya.

Selamat mulai menjalankan resolusimu!
 

Copyright 2010 Singa Betina yang Terjebak.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.