Judul Buku : Malam Terakhir
Pengarang : Leila S. Chudori
Tahun Terbit : 1989 (edisi revisi, 2009)
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Halaman : xviii + 117 halaman
Malam Terakhir merupakan buku kumpulan
cerpen yang diterbitkan pada tahun 1989 dan diterbitkan kembali pada 20 tahun
kemudian dalam edisi revisi. Terdiri dari 9 cerita pendek karya Leila S. Chudori
dari tahun 1986-1989.
Leila S. Chudori merupakan seorang
wartawan senior majalah Tempo yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi
di luar negeri, khususnya Kanada.
Hampir semua cerita dalam buku ini
berlatar di kota yang ada di negara lain, seperti Paris, Brussels, dan ada juga
yang berlatar kota di Kanada.
Leila juga sukses membawa referensi
teoritis dari berbagai filsuf dan sastrawan dalam cerpen-cerpennya, seperti di
cerpen “Keats” dan “Adila”. Kedua cerpen tersebut juga menggambarkan konflik
batin yang besar dari sang tokoh utama dalam menghadapi masalah hidupnya. Dari konflik-konflik
batin tersebut, hadir sastrawan dan filsuf asing yang menemani pemikiran dan
pengambilan keputusan tokoh utama.
Pada cerpen “Keats”, Tami yang akan
pulang ke Jakarta untuk menikah dengan kekasihnya, dan juga pasrah mengikuti
kemauan serta tuntutan keluarganya, terus dihantui oleh bayangan penyair
Inggris, John Keats dan puisinya yang berjudul “Tentang Mati” dengan kutipan berikut:
Mungkinkah
mati itu tidur, bila hidup hanyalah mimpi
Dan gambaran bahagia
Luput seperti hantu
berlalu
Serta
pada bait kedua:
Menatap
bencana nanti, yang hakikatnya bangun belaka
Petikan
puisi tersebut adalah yang paling relevan dan mengena dalam keseluruhan cerita.
Tami terus mempertanyakan keputusannya untuk menikahi kekasih hatinya di
Jakarta atau kekasih jasmaninya di Brussels.
Sementara pada cerpen “Adila”,
bercerita tentang anak perempuan yang sedang mengeksplorasi seksualitasnya,
dibantu dengan imajinya akan A.S. Neill, seorang penulis Amerika, Ursula
Brangwen, tokoh utama novel The Rainbow
karya D.H. Lawrence, dan juga Stephen Dedalus, tokoh utama novel A Portrait of the Artist as a Young Man
karya James Joyce. Ketiga tokoh yang hidup dalam imajinasi Adila itu
mengajarkan tentang kebebasan dan kedewasaan pada Adila, saat ia terkekang oleh
keotoriteran ibunya yang menjadi-jadi. Namun, Adila merasa didukung oleh
ayahnya yang secara tidak langsung memperkenalkan tokoh-tokoh itu pada Adila.
Kedua cerpen ini terlihat diolah
sangat dalam dan dengan pemikiran matang, sehingga terpancar kedewasaan untuk
para pembacanya. Kedua cerpen ini pun menuntut pembacanya untuk mengkaji ulang
pemikiran yang ada dan membandingkannya dengan makna cerita pendek, agar bisa
menghasilkan suatu pemahaman baru serta pengetahuan baru tentang satra ataupun
filsafat.
Buku ini secara umum sangat
memuaskan. Tidak hanya cerita-cerita dan temanya yang menarik, tetapi pemikiran
ynag biasanya terdapat di buku filsafat atau buku sastra lain dapat ‘dikawinkan’
dan diaplikasikan dalam cerita pendek. Cerita dalam buku ini juga mengajak
pembacanya untuk ikut berpikir bersama dan bisa terinspirasi untuk menelurkan
sudut pandang baru tentang kehidupan.
Buku ini sepertinya tidak ditujukan
untuk para pembaca pemula, karena konten yang terkandung dalam cerita-cerita
pendek buku ini. Butuh pengetahuan tambahan, kesiapan dan pikiran yang terbuka
dari pembaca sendiri agar dapat lebih mengerti tentang esensi cerpen.
(Catatan: yang plagiat tulisan ini, gua sumpahin mandul, yang membaca tulisan ini tapi niatannya baik gue sumpahin masuk surga o:-))
0 komentar:
Posting Komentar