Jadi, gue akan ikut program 30 Hari Bercerita buat postings di blog gue selama 30 hari ke depan. Program ini membuat para pesertanya posting di blog sehari sekali dan harus memberikan cerita yang extraordinary, seperti gue yang memang udah extraordinary dari janin *alah*
Program 30 Hari Bercerita ini dicetuskan oleh mentor gue di Majalah Hai namanya Rizki 'Kiram' Ramadhan. Doi eksis banget. Kiram ini foundernya Card To Post dan Reporter Skulizm Hai. Suka punya gerakan-gerakan yang menarik, termasuk 30 Hari Bercerita ini.
Oke, jadi sebulan ini bakalan ramai banget nih blog gue. Gue ikut gerakan ini supaya nggak malas nulis dan membiasakan diri nulis lagi, yang bagus. Memperkuat kekuatan gue. Asyik.
Mumpung gue akan vakum internetan dan kemana-mana Februari (Walau gue masih ikut aktivitas nyari duit sampai Februari). Gue akan puas-puasin nulis, volunteering, puas-puasin 'keremajaan' gue walau yang penting nggak main ke mall sering (padahal gue target Januari udah vakum apapun ternyata nggak bisa).
Yeay. Let's leap for this.
Selamat Tahun Baru 2013. 13 itu angka yang, menurut takhayul, sial. 1+3 = 4, angka yang paling malesin dan gue gak suka, kata Chinese angka kematian. Terus? Ya udah sih gue cerita doang, gue sih bodo amat. Gue tahu, angka itu bukan indikator keberuntungan dan kesuksesan kok, yang penting keyakinan dan kemampuan diri.
Semangat!
27.12.12
Kita tahu hidup itu adalah sebuah perjalanan dan sebuah siklus. Ketika kita dihadapkan oleh suatu hal yang sangat kita sukai atau mungkin seseorang yang kita sayangi, itu adalah bagian dari perjalanan kita. Ada saatnya kita harus melepas semua itu karena bermacam faktor dan ketika kita seharusnya melepas, ya harus kita lepas karena mungkin kita akan mendapat hal yang jauh lebih baik. Itu semua adalah bagian dari siklus. Memang kita boleh menyimpan hal-hal yang kita lepas itu sebagai bagian dari pelajaran dan pengalaman hidup, tapi kita tidak boleh berlarut dan banyak berharap bahwa masa lalu itu akan kembali. You know, things change, people change, as time goes by, everything is obviously going to change. Bagi sebagian orang, moving on memang susah, satu hal yang perlu diingat adalah kita tidak boleh berkutat pada masa lalu. Moving on means we're being open minded and open hearted about life, we're arrogant if we don't do it. Just let go. Life goes on. Not every wishes came true, but reality speaks based on your doings. So, I am moving. How about you?
Mahatma Gandhi pernah bilang, "Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan satu orang serakah." Ketika aku selesai membaca novel Sarongge karya Tosca Santoso, yang di beberapa bab terakhir berbicara soal adanya kelaparan di berbagai tempat di dunia, aku langsung melihat ke tubuh tambunku. Ada hak orang lain di tubuhku. Aku mungkin telah memakan hak mereka, sampai aku berlebih begini. Walau aku tidak pernah tidak menghabiskan makananku, tapi aku ini picky eater dan aku selalu lupa kalau banyak orang tidak bisa makan dnegan enak. Dengan menjadi seorang picky eater, ternyata aku serakah. Tempat tinggalku tidak jauh dari perkampungan dan aku sudah lihat banyak yang cari makan saja susah. Aku harusnya mengerti ini sejak dulu. Makan memang perkara gampang, sekilas, tetapi tidak untuk orang-orang itu kan? Bersyukur saja tidak cukup untuk menjadi solusi masalah ini, aku harus mengimplementasikan rasa syukurku, walau tidak harus membagikan makanan pada mereka, aku punya cara sendiri. Ketimpangan antara si kenyang dan si lapar ini melilit hatiku. Aku gak mau lihat ada kelaparan lagi di manapun. Bumi sudah adil melimpahkan makanan untuk seluruh umat. Yang tidak adil itu manusianya yang serakah.
Gue jatuh cinta dengan sebuah lagu berjudul Freedom and Its Owner karya Kings of Convenience. Lagu ini membuka mata gue lebih lebar tentang indahnya kebebasan dalam diri manusia. Freedom is never greater than its owner. Kalimat paling esensial di lagu ini. Siapa pemilik kebebasan? Kita, manusia. Bahkan kebebasan itu sendiri 'diperbudak' oleh tuannya, karena tuannya bisa mengeksploitasi kebebasan dalam dirinya dan memilih untuk memakai kebebasan itu atau tidak, di mana saja dan kapan saja. Manusia dikutuk untuk bebas, kata Jean Paul Sartre. Gue sebagai manusia, setuju. Seperti dalam fairytales, kutukan itu bisa di-manage sedikit oleh yang terkutuk, berarti manusia bisa mengatur kebebasannya sendiri. Jangan sampai kita diperbudak oleh kebebasan, terbalik. Pengaturan kebebasan dalam diri adalah salah satu indikator apakah manusia ini aware terhadap rasa tanggung jawab, respek dan toleransi, karena kebebasan individu pada hakikatnya dibatasi oleh dua kebebasan lainnya, yaitu kebebasan individu lain dan kebebasan Sang Pencipta kebebasan. Hidup adalah pilihan, pilihan bisa kita pilih secara bebas, berarti hidup adalah kebebasan. Semua hal baik maupun buruk di dunia ini adalah efek dari kebebasan manusia. Freedom is the mastery of the known.
Again, perlu gue tekankan dimanapun gue menulis, gue benci menyontek pada saat ulangan, terlebih pada saat berkarya. Logikany begini, ibaratkan ulangan itu adalah alam kubur dan sekolah itu adalah kehidupan duniawinya, pertanyaan dan jawaban itu adalah tanggung jawab lo untuk mengetahuinya dan seharusnya lo nggak bisa mencurangi tanggung jawab lo kan? Well, bisa sih, kalo lo memang orang yang merasa tanggung jawab dan kecurangan itu bisa dicampuradukkan, atau elo adalah orang yang berpikir bahwa semua hal harus didapatkan secara mudah dan cepat dan menghalalkan segala cara. Suatu hari, gue dan nyokap berdiskusi. Kami sepakat bahwa menyontek itu membohongi diri sendiri, karena kita tahu kalau sebenarnya kita bisa mencari jawabannya sendiri dengan berpikir sendiri, belajar sebelumnya, kan kita udah dikasih modal otak di kepala kita, tapi kok ya masih nggak mau usaha bahkan untuk berpikir sedikit gitu? Gue memang pernah nyontek, tapi gue sekarang insyaf. Saat di Amerika, bahkan siswa yang paling nggak berprestasi aja nggak mau nyontek, eh di Indonesia kebalikannya. Memalukan.
16.12.12
Gue masih nggak ngerti. Sejujurnya, bagaimana manusia bisa melihat manusia lain sebagai objek, bukan sebagai sesama manusia. Contohnya, abang angkot, nyebut orang yang naik di mobilnya dengan sebutan 'sewa', kadang gak peduli orangnya duduk enak apa bawa banyak barang asal jalannya cepet dan dapet duit dari orang itu dan penumpang adalah objek uangnya. Atau MLM yang melihat orang sebagai prospek, potensi bisnis, peluang pendapatan, uang, yah lagi-lagi melihat orang sebagai objek. Atau ngefans sama artis sampai nangis-nangis kalau gak ketemu, aduh kayak mereka ini bukan manusia atau lebih superior dari kita aja, padahal spesiesnya sama. Buat gue, cukup lah melihat orang sebagai objek di pelajaran Bahasa Indonesia bagian konsep SPOK aja. Dalam kehidupan, sesungguhnya melihat dan memperlakukan orang lain harus sebagai sesama manusia yang punya perasaan dan kepentingan hidupnya tuh sama, terlepas tua-muda, miskin-kaya, atheis-religius, pintar-bodoh, dsb. Manusia mana sih yang nggak ingin diperlakukan sebagai manusia seutuhnya? Gue yakin, kalau kita selalu memanusiakan manusia, toleransi dan pengertian kita tentang hidup akan berkembang. Ibarat menyemai benih, dengan kita memanusiakan manusia di sekitar kita, akan membuka kesempatan bagi kita untuk diperlakukan sebagai manusia dengan sebaik-baiknya, bukan hanya oleh manusia lain tapi juga oleh Tuhan. I'm seeing a person as a human with hearts, how about you?
Buat gue, mengikuti passion itu adalah kunci kebahagiaan. Yang gue amati, di dunia ini nggak ada passion yang nggak baik, sepsycho-psychonya orang pasti passionnya bukan ngebunuh, korupsi atau hal kriminal, sadis lain (kecuali emang gangguan jiwa ya udah sih). Passion itu panggilan jiwa dan nurani. Mengapa gue bilang passion itu salah satu kunci kebahagiaan?
See? Passion itu terdiri dari happiness, sincerity, gift, thankfulness, love and giving benefits to all. Kurang bahagia apa coba?
Buat gue, kalau kita udah nemuin passion dan terus mengikutinya, life goes easier. With passion, I believe I will find love and prosperity from it (like Yoris Sebastian said on his "Happy-nomics" theory).
Also, the certain thing from passion is, it will always bring you to a positive state. Ditambah lagi, passion akan membawa lo bertemu lo dengan orang-orang hebat dan membuat lo bisa berteman dengan mereka. Mengikuti passion berarti keluar dari comfort zone, in most case, karena keluar itu lah, we're being positively different and better souls. Nggak usah takut dibilang aneh atau apa lah, kalau kita tahu itu sesuatu yang benar, ya lakukanlah. Bukan passion namanya kalau kita menghalalkan segala cara dan tidak memakai logika dan hati secara seimbang dalam bertindak. I will follow my passion, because passion is like a river, it always flow and it will never end.
- Passion is something that you're very happy to do it
- You will always do your passion sincerely, never felt repressed in any ways
- Your passion, disadari atau tidak, is your natural gift and you're thanking God because of it
- Passion made you share happiness and benefits for people
- You love yourself because of passion, and you have love for everybody because of your passion
See? Passion itu terdiri dari happiness, sincerity, gift, thankfulness, love and giving benefits to all. Kurang bahagia apa coba?
Buat gue, kalau kita udah nemuin passion dan terus mengikutinya, life goes easier. With passion, I believe I will find love and prosperity from it (like Yoris Sebastian said on his "Happy-nomics" theory).
Also, the certain thing from passion is, it will always bring you to a positive state. Ditambah lagi, passion akan membawa lo bertemu lo dengan orang-orang hebat dan membuat lo bisa berteman dengan mereka. Mengikuti passion berarti keluar dari comfort zone, in most case, karena keluar itu lah, we're being positively different and better souls. Nggak usah takut dibilang aneh atau apa lah, kalau kita tahu itu sesuatu yang benar, ya lakukanlah. Bukan passion namanya kalau kita menghalalkan segala cara dan tidak memakai logika dan hati secara seimbang dalam bertindak. I will follow my passion, because passion is like a river, it always flow and it will never end.
Kalau soal kuliah, Thank God sudah mulai banyak anak di kelas gue yang udah tau mau ngambil apa, tapi pas gue tanya alasannya apa, pasti "Biar cepat kerja." D'uh, kalau mau cepat kerja sih lulus SMA juga bisa, nggak usah kuliah. Ini nih, another instant thing that lives in people, especially the young adults, karena sejak remaja mereka udah kenal dengan gampangnya meraih sesuatu, lagi-lagi karena penyalahgunaan teknologi. Copy-paste tulisan orang di internet, plagiat makalah orang, nyontek essay orang, Google, click! (well, walau Google sangat berguna untuk quick informations dan important links). Semua dengan gampang didapat tanpa susah-susah mikir lagi, susah-susah buka buku, walhasil orang-orang muda makin malas mikir, jadi mikirnya semua gampang. Masuk perguruan tinggi, cari jurusan yang menjamin karir cepat, padahal kalau mau dapat kerja bagus, skills dan ability itu penting banget dipunyai, percuma akademik bagus, tenpat kuliah bagus, tapi pada dasarnya nggak bisa apa-apa. Kerja sih kerja, tapi kerja doang bukan dapat karir, jadinya ya pindah-pindah tempat kerja dan bisa nggak dipercaya orang kantor dan atasan, karena pada awalnya mau yang instan aja, cepat kerja sih, tapi pada dasarnya nggak punya kemampuan karena nggak tau kerja keras itu apa. Ternyata, budaya instan yang gak terkontrol kayak sekarang cuma bisa bikin orang jadi 'average' dan cuma bisa mengagumi kesuksesan orang dari jauh. Juga, jadi mengembangkan budaya ikut-ikutan.
15.12.12
So, I have a new book, and I called it ThoughtBook.
Gue selalu batasin setiap thoughts tidak boleh lebih dari satu halaman
Gue akan mengkonversikan beberapa thoughts gue di posts yang berlabel/bertag ThoughtBook, Lewat Di Otak dan thoughts
selamat menikmati pemikiran gue ya, siapa tahu kita bisa bertukar pemikiran :)
Gue selalu batasin setiap thoughts tidak boleh lebih dari satu halaman
Gue akan mengkonversikan beberapa thoughts gue di posts yang berlabel/bertag ThoughtBook, Lewat Di Otak dan thoughts
selamat menikmati pemikiran gue ya, siapa tahu kita bisa bertukar pemikiran :)
13.12.12
Maafkan aku,
aku sebulan terakhir selingkuh dengan buku tulis baruku yang kunamai ThoughtBook a.k.a The Book of Thoughts, sama saja lah. Dengan majas metonimia, aku akan menyebutkan bahwa buku tulis spiral yang nyaris sebuah diary ini diberikan oleh Garnier sekitar dua tahun lalu waktu aku masih seorang representatif Provoke!. Kemudian di kantung fotonya kuselipkan foto diriku sebelum prom. Bak dewi.
Maafkan aku,
sebulan terakhir, atau mungkin hampir dua bulan ya? aku tidak membeli kuota internet di rumah, jadi aku hampa, seperti itik kehilangan induknya.... nggak deng. Tapi aku lebih produktif. Kan gue lagi bikin novel nih, udah nyampe 66 halaman dalam sebulan, lumayan. Ya elah tapi novelnya cheap banget paling jadinya, ceritanya, pokoknya standar deh, gue berasa kayak orang baru bisa nulis cerita gitu....
Maafkan aku,
mungkin kalau aku sudah punya kuota internet lagi, aku akan post beberapa thoughts ku di ThoughtBook ke sini. untuk sementara, aku menunggu rezeki dulu (walau sebenarnya udah gajian) ya tapi kan rezeki gak cuma duit, waktu lebih dan relaxation time juga rezeki :')
INTERUPSI
Telegram dari saya untuk yang bersangkutan yang dirahasiakan identitasnya:
Maafkan aku koma aku tidak bisa memungkiri koma
aku suka kamu koma tapi ya sudah lah koma mau bagaimana lagi titik
Maafkan aku,
aku belum membagi kebahagiaanku tentang kamar baruku yang seperti kos-kosan, begadang sampai subuh sendirian untuk pertama kalinya, prestasi juara dua debat BUMN tingkat Jakarta, wawancara 3 orang bupati dan 1 orang walikota yang tidak berasa, ikutan kuis Ranking 1 di Trans TV, keinginanku naik gunung, siaran rutin, dapat job baru, sebentar lagi UN, sebentar lagi keluar dari kungkungan SMA, aku sudah mulai bahagia, tapi aku belum membaginya dalam tulisan, maafkan
Pokoknya,
Aku akan menulis sampai aku tidak bisa menulis lagi
aku sebulan terakhir selingkuh dengan buku tulis baruku yang kunamai ThoughtBook a.k.a The Book of Thoughts, sama saja lah. Dengan majas metonimia, aku akan menyebutkan bahwa buku tulis spiral yang nyaris sebuah diary ini diberikan oleh Garnier sekitar dua tahun lalu waktu aku masih seorang representatif Provoke!. Kemudian di kantung fotonya kuselipkan foto diriku sebelum prom. Bak dewi.
Maafkan aku,
sebulan terakhir, atau mungkin hampir dua bulan ya? aku tidak membeli kuota internet di rumah, jadi aku hampa, seperti itik kehilangan induknya.... nggak deng. Tapi aku lebih produktif. Kan gue lagi bikin novel nih, udah nyampe 66 halaman dalam sebulan, lumayan. Ya elah tapi novelnya cheap banget paling jadinya, ceritanya, pokoknya standar deh, gue berasa kayak orang baru bisa nulis cerita gitu....
Maafkan aku,
mungkin kalau aku sudah punya kuota internet lagi, aku akan post beberapa thoughts ku di ThoughtBook ke sini. untuk sementara, aku menunggu rezeki dulu (walau sebenarnya udah gajian) ya tapi kan rezeki gak cuma duit, waktu lebih dan relaxation time juga rezeki :')
INTERUPSI
Telegram dari saya untuk yang bersangkutan yang dirahasiakan identitasnya:
Maafkan aku koma aku tidak bisa memungkiri koma
aku suka kamu koma tapi ya sudah lah koma mau bagaimana lagi titik
Maafkan aku,
aku belum membagi kebahagiaanku tentang kamar baruku yang seperti kos-kosan, begadang sampai subuh sendirian untuk pertama kalinya, prestasi juara dua debat BUMN tingkat Jakarta, wawancara 3 orang bupati dan 1 orang walikota yang tidak berasa, ikutan kuis Ranking 1 di Trans TV, keinginanku naik gunung, siaran rutin, dapat job baru, sebentar lagi UN, sebentar lagi keluar dari kungkungan SMA, aku sudah mulai bahagia, tapi aku belum membaginya dalam tulisan, maafkan
Pokoknya,
Aku akan menulis sampai aku tidak bisa menulis lagi
Langganan:
Postingan (Atom)