Begini ya,
buat gue, SOK TAU adalah kata sangat, sangat menyakitkan
daripada ngatain begitu, kenapa kita nggak "correct the people if they are wrong" aja sih, kalau memang kita lebih tau benar-benar dan ada dasarnya?
Dari SD, gue adalah seseorang yang selalu dikatain sok tau sama banyak orang, sampai gue udah terbiasa dikatain begitu sampai gede
Palingan tahun lalu doang gue nggak dikatain sok tau selama setahun penuh, dan gue senang banget karena semua orang menghargai gue saat gue ikut program pertukaran itu, Bahagia sekali.
Pas balik lagi, apalagi anak cowok-cowok, ditambah beberapa guru sinis, suka banget ngatain sok tau ke gue, nggak di depan muka sih, tapi sindir-sindir aja di kelas, tapi giliran butuh bantuan mereka dateng ke gue. Aneh.
At first, beberapa bulan ini gue agak sakit hati dikatain sok tau, habis gue merasa gue nggak mengada-ada dengan hal-hal yang pernah gue baca dan gue tau dari berbagai tempat. Tapi setelah diberi nasihat oleh sahabat saya, untuk menanggapi phrase 'sok tau' jangan pakai hati tapi diotak aja, pikirin kenapa mereka bisa ngomong gitu ke kita, nggak usah sakit hati karena merekapun bilang sok tau juga nggak pakai hati.
Setelah gue pikir-pikir lagi, well, ada beberapa faktor-gue yang menyebabkan gue dianggap sok tau, misalnya dengan nada bicara gue yang penuh keyakinan, terkadang kedengaran nyolot karena, hehehe, masih kebawa Amrik dikit sih, dan.. yah... suara gue bukan tipe remaja kebanyakan, lebih berat dibanding cewek-cewek kebanyakan. Gue orang yang basicnya sangat curious kalau masalah pengetahuan, makanya gue banyak nanya, kadang pertanyaan dalam, jadi dipikirnya gue nanya ngetes, padahal gue emang gak tau.
Nah kalau faktor-gue, ya udah sih ya, yang penting kan gue nggak ada niatan sama sekali buat ngerugiin orang lain dan gue nggak mau berpura-pura bodoh di depan orang. Gue ya gue, biara aja gue sok tau, emang remaja pada dasarnya sok tau. Dengan sekuat tenaga, guepun tidak akan melebaykan diri di sekolah dan membantu, bukan membantu contekan ya tapi.
Ada faktor tertentu yang gue lihat kenapa orang-orang suka bilang gue sok tau.
Iri atau "sirik".
Setidaknya itu yang dikatakan oleh orang-orang yang gue percaya dan teman-teman yang memang tahu gue, juga teman-teman yang pada dasarnya nggak suka berpikiran negatif. Gue bangga mengenal mereka semua.
I don't want to be an arrogant person, I always not trying to be one.
No offense, but I have to say this
Sirik itu tanda tak mampu.
Salah satu teman gue di kelas bilang kalau gue ini berani jadi diri sendiri, berani mengekspresikan pendapat dan jujur nggak cuma sama teman tapi sama guru juga.
"Anak-anak di kelas sirik sama kamu karena kamu bisa berani bilang jujur dan terbuka sama guru yang banyak orang nggak suka, kamu juga berani ngeluarin pendapat di kelas tanpa takut-takut, nggak cuma mereka, aku pun pengen banget jadi orang berani kayak kamu," katanya dengan hati-hati
Loh, sebenarnya kalau kita mau mengungkapkan pendapat, ungkapin aja gitu lho apa susahnya?
Kenapa harus sirik? Toh ini satu hal yang semua orang bisa kerjakan, asal nggak malas dan tetap jujur, nggak perlu gelar atau sertifikasi kan untuk berani ngungkapin pendapat?
Kenapa harus takut? Toh kita sama-sama manusia, sama-sama punya pendapat dan sama-sama mikir
(Apa ini karena society Indonesia yang banyak hirarkis-nya ya? Kurang horizontal?)
Kenapa nggak ungkapin aja apa yang ingin kita katakan? Daripada ngendap di hati, nggak enak
Ini bukan sok tau, tapi ini atas nama kebenaran dan kejujuran pada diri sendiri.
Apa hubungannya dengan "sirik tanda tak mampu"?
Karena ternyata mereka memang belum mampu mengungkapkan pemikiran mereka, mereka masih takut salah. Karena mungkin mereka pikir, salah adalah salah
Which, nggak bener juga karena, kita ini pelajar, belajar, belum tahu banyak hal, salah itu wajar, asal kita belajar dari kesalahan, karena salah itu pondasi belajar.
Sementara gue bukan orang yang takut salah.
Itu lah mungkin mengapa gue dikatakan sok tau lagi.
Gue pun juga suka iri kadang sama teman-teman gue yang sukses.
Tapi gue nggak pernah ngatain mereka sok tau
Yang ada gue sukanya belajar dari mereka, ingin tahu kiat-kiat apa aja yang bisa gue jalanin biar gue bisa jadi sukses seperti mereka tetapi juga sukses di cara dan jalan gue sendiri
Buat gue sekarang, terserah orang mau berkata apa tentang kita
We have to be sure that we are good person, but we have to be sure that we do introspection in any good and bad aspect of ourselves
...dan kita nggak ada niat buat ngerugiin orang lain dan kita menghargai hak orang lain
Iri oke, asal jangan berlarut tapi jadikan cambuk untuk bergerak lebih baik jadikan inspirasi aja.
Jujur gue ingin sekali bisa jadi inspirasi untuk orang lain dan I'm working on it, 'cause I know there are still a lot of my friends that are way more inspiring than me.
Last but not least, do not afraid to be wrong, karena kita nggak akan berkembang kalau hidup kita bener terus, karena sumber kebenaran adalah belajar dari kesalahan.
(Agak off key) Kebenaran, sekecil apapun itu harus selalu dikejar, diperjuangkan lalu ditanamkan.
26.10.12
I'm addicted to Storylane for just 2 days, and I think this is my first
love at first sight ever. Definitely worth to try for you who likes to
write. One of the best breakthrough social media for me :D
The universal dashboard, there are 12 issues you can post about with various theme and ideas to write |
Write your story, based on the questions or you just tell a story, you can do it with text, image and even audio |
The profile view, bigger font with minimalist and artistic design |
Questions you can 'answer' with your story, so then you will always have idea to write about |
Stories you have posted on your profile |
23.10.12
Teman-teman,
tolongin saya,
tapi usahakan jangan science fiction ya, gue belom seimajinatif itu :'3
Butuh ide, mohon masukannya :'D
Agak ngebet ya? lagi meledak-ledak nih kalau untuk menulis~
tolongin saya,
Saya berniat bikin seri post fiksi di blog ini
dan saya butuh masukan inspirasi dari teman-teman,
kira-kira cerita apa ya yang enak?
tapi usahakan jangan science fiction ya, gue belom seimajinatif itu :'3
Bagi yang punya ide, tolong comment post ini atau
tweet saya di widget tab di sebelah: @_gladhys
Butuh ide, mohon masukannya :'D
Agak ngebet ya? lagi meledak-ledak nih kalau untuk menulis~
22.10.12
Percakapan ini sudah ditranslate dalam Bahasa Indonesia
Percakapan antara gue dengan tantenya Bridget, udah tua gitu sih tantenya, asal Missouri
Setting: Malam tahun baru, barn di rumah Bridget yang disulap menjadi tempat pesta, di sekitar Atkins, Iowa deket Highway 30
Tantenya Bridget : Jadi kamu siswi pertukaran pelajar itu ya?
Gue : Iya tante :)
Tantenya Bridget : Kamu asal negara mana?
Gue : Indonesia tante
Tantenya Bridget : Oh ya... ya... Dimana ya itu betewe?
Gue : (dengan sabarnya dan udah seringnya ditanyain pertanyaan ini) Oh itu, kami negara kepulauan diantara semenanjung Asia dan Australia, di daerah Asia Tenggara pokoknya
Tantenya Bridget : Kamu udah berapa lama di sini?
Gue : Udah 6 bulan kira-kira tante
Tantenya Bridget : Gimana Natal di Indonesia?
Gue : Oh, di Indonesia sebagian besar penganut Muslim jadi scene Natalnya kurang besar gitu, tante, yang Kristen dan Katolik sangat gembira menyambut datangnya natal dan yang kulihat Natal di Indonesia itu seru
Tantenya Bridget : Kamu nggak balik waktu Natal?
Gue : Ya nggak tante, kan saya setahun ini nggak bisa bolak-balik pulang
Tantenya Bridget : Kamu jadi gak natalan sama keluarga kamu di Indonesia?
Gue : Oh, saya Muslim tante, saya nggak merayakan Natal sama keluarga di negara saya
Tantenya Bridget : Kamu nggak kesepian pas Natal?
Gue : Oh nggak tante, saya ngerayain natal sama keluarga angkat saya di sini, dan saya senang :D
Tantenya Bridget : Terus keluarga kamu nggak sedih nggak Natalan sama kamu, nggak nyariin kamu?
Gue : Tante, keluarga saya nggak ngerayain natal karena kami Muslim
Tantenya Bridget : Kamu nelfon keluarga kamu nggak pas Natal?
Gue : (dalam hati: "buset nih tante") Nggak tante, saya telfon keluarga saya udah awal bulan, kemarin
Tantenya Bridget : Jadi kamu bener nggak kesepian nih pas Natal?
Gue : Kesepian sih nggak juga tante, karena keluarga angkat saya cukup membantu, tapi Natal ini merupakan pengalaman baru bagi saya
Tantenya Bridget : Tetep aja, kalo saya sih kesepian kalo jadi kamu nggak Natalan sama keluarga
Gue : (dalam hati) "Tante, terserah tante deh ya!"
(Note: maaf, post ini tidak bermaksud SARA, gue Muslim, gue experiencing natal di keluarga angkat gue di Amerika dan enjoying it, tapi masalahnya ini tante ngotot banget ya, jadi.. ya gitu, sekedar berbagi saja)
Percakapan antara gue dengan tantenya Bridget, udah tua gitu sih tantenya, asal Missouri
Setting: Malam tahun baru, barn di rumah Bridget yang disulap menjadi tempat pesta, di sekitar Atkins, Iowa deket Highway 30
Tantenya Bridget : Jadi kamu siswi pertukaran pelajar itu ya?
Gue : Iya tante :)
Tantenya Bridget : Kamu asal negara mana?
Gue : Indonesia tante
Tantenya Bridget : Oh ya... ya... Dimana ya itu betewe?
Gue : (dengan sabarnya dan udah seringnya ditanyain pertanyaan ini) Oh itu, kami negara kepulauan diantara semenanjung Asia dan Australia, di daerah Asia Tenggara pokoknya
Tantenya Bridget : Kamu udah berapa lama di sini?
Gue : Udah 6 bulan kira-kira tante
Tantenya Bridget : Gimana Natal di Indonesia?
Gue : Oh, di Indonesia sebagian besar penganut Muslim jadi scene Natalnya kurang besar gitu, tante, yang Kristen dan Katolik sangat gembira menyambut datangnya natal dan yang kulihat Natal di Indonesia itu seru
Tantenya Bridget : Kamu nggak balik waktu Natal?
Gue : Ya nggak tante, kan saya setahun ini nggak bisa bolak-balik pulang
Tantenya Bridget : Kamu jadi gak natalan sama keluarga kamu di Indonesia?
Gue : Oh, saya Muslim tante, saya nggak merayakan Natal sama keluarga di negara saya
Tantenya Bridget : Kamu nggak kesepian pas Natal?
Gue : Oh nggak tante, saya ngerayain natal sama keluarga angkat saya di sini, dan saya senang :D
Tantenya Bridget : Terus keluarga kamu nggak sedih nggak Natalan sama kamu, nggak nyariin kamu?
Gue : Tante, keluarga saya nggak ngerayain natal karena kami Muslim
Tantenya Bridget : Kamu nelfon keluarga kamu nggak pas Natal?
Gue : (dalam hati: "buset nih tante") Nggak tante, saya telfon keluarga saya udah awal bulan, kemarin
Tantenya Bridget : Jadi kamu bener nggak kesepian nih pas Natal?
Gue : Kesepian sih nggak juga tante, karena keluarga angkat saya cukup membantu, tapi Natal ini merupakan pengalaman baru bagi saya
Tantenya Bridget : Tetep aja, kalo saya sih kesepian kalo jadi kamu nggak Natalan sama keluarga
Gue : (dalam hati) "Tante, terserah tante deh ya!"
(Note: maaf, post ini tidak bermaksud SARA, gue Muslim, gue experiencing natal di keluarga angkat gue di Amerika dan enjoying it, tapi masalahnya ini tante ngotot banget ya, jadi.. ya gitu, sekedar berbagi saja)
Percakapan di sini sudah ditranslate ke Bahasa Indonesia
Percakapan antara gue dan Abdullah, temen exchange gue dari Arab Saudi yang punya pembantu orang Indonesia
Setting: Mobil local coordinator dalam perjalanan ke restoran di Cedar Rapids, Iowa, musim gugur 2011
Abdullah : Eh gue punya punya pembantu dari Indonesia loh
Gue : Oh ya? Namanya siapa?
Abdullah : Namanya Is
Gue : Is? Asalnya dari Jawa ya?
Abdullah : Gak tau, kayaknya bukan
Gue : Sumatera?
Abdullah : Kayaknya sih... Is ini deket sama gue, doi pembantu yang ngurusin khusus kebutuhan gue
Gue : Wow, oke, nanti kalo ketemu Is bilang dapet salam dari gue ya
Abdullah : Oke, gue sampein ntar, tapi kayaknya dia bakalan pulang deh bentar lagi, gak papa, gue punya pembantu baru sih dari Ghana
Gue : *facepalm*
Abdullah : Betewe, gue tau bahasa Indonesia-nya "one" loh!
Gue : Iya?! Apa coba?
Abdullah : (sambil nunjukkin jari telunjuk) SAMPO
Gue : BUKAN WOY, itu mah "Shampoo"!
Abdullah : Oh, berarti itu... sa... sa.... apa ya?
Gue : SATU
Abdullah : Oh, yes, yes Satu, Satu (logat arab ke-english-an sambil nunjuk-nunjukin angka satu)
Gue : (dalam hati) "Buset ini cowok arab..." (dengan muka yang --> :'))
Percakapan antara gue dan Abdullah, temen exchange gue dari Arab Saudi yang punya pembantu orang Indonesia
Setting: Mobil local coordinator dalam perjalanan ke restoran di Cedar Rapids, Iowa, musim gugur 2011
Abdullah : Eh gue punya punya pembantu dari Indonesia loh
Gue : Oh ya? Namanya siapa?
Abdullah : Namanya Is
Gue : Is? Asalnya dari Jawa ya?
Abdullah : Gak tau, kayaknya bukan
Gue : Sumatera?
Abdullah : Kayaknya sih... Is ini deket sama gue, doi pembantu yang ngurusin khusus kebutuhan gue
Gue : Wow, oke, nanti kalo ketemu Is bilang dapet salam dari gue ya
Abdullah : Oke, gue sampein ntar, tapi kayaknya dia bakalan pulang deh bentar lagi, gak papa, gue punya pembantu baru sih dari Ghana
Gue : *facepalm*
Abdullah : Betewe, gue tau bahasa Indonesia-nya "one" loh!
Gue : Iya?! Apa coba?
Abdullah : (sambil nunjukkin jari telunjuk) SAMPO
Gue : BUKAN WOY, itu mah "Shampoo"!
Abdullah : Oh, berarti itu... sa... sa.... apa ya?
Gue : SATU
Abdullah : Oh, yes, yes Satu, Satu (logat arab ke-english-an sambil nunjuk-nunjukin angka satu)
Gue : (dalam hati) "Buset ini cowok arab..." (dengan muka yang --> :'))
7.10.12
Kemaren gue habis datang ke Bedah Kampus Universitas Indonesia 13. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kegalauan tentang jurusan yang ingin gue ambil saat kuliah di nanti, dan semoga saja gue diterima jadi mahasiswa Universitas Indonesia tahun depan.
Terima kasih banyak BKUI13 yang super membantu dan oh wahai BEM UI juga sebagai penyelenggara!
Well, memang sebenarnya tujuan utama gue adalah untuk belajar Psikologi (masuk Psiko pun karena ingin lebih mengenal diri dan karena gue punya kebanyakan minat, dan juga ingin menguji kebenaran quote: "Mother knows best"). Cuma gue pun perlu menjaga-jaga apabila gue pada akhirnya nggak memenuhi syarat untuk masuk ke Fakultas Psikologi, gue pun menemukan beberapa kemungkinan. Awalnya gue berniat masuk Komunikasi karena gue ingin mempelajari media dan mungkin perfilman secara lebih lanjut, tapi saat gue dijelaskan di BKUI, ternyata kurang cocok, malah perfilman lebih baik lari ke Vokasi Komunikasi. Lalu Hubungan Internasional yang teman-teman selalu menyarankan gue untuk masuk sana, gue juga nggak cocok karena nggak sreg dengan mata kuliah dan tujuan pembelajarannya, kurang gue banget gitu.
Nah, gue menemukan pilihan baru, yang fix saya akan ambil jadi pilihan alternatif yaitu:
Kenapa?
Ternyata yang selama ini gue idamkan untuk gue pelajari lebih dalam adalah tentang budaya dan hubungan antarbudaya, bukan hubungan antarnegara, yang dari dulu gue kira serupa.
Gue mengingat-ngingat lagi, ternyata gue sudah tertarik dengan perihal kebudayaan ini sejak kecil. Terbukti saat gue mampir ke stand jurusan Antropologi, mereka memamerkan bukunya James Danandjaja tentang folklor, terus gue dengan polosnya bilang, "Ih waw,bukunya James Danandjaja!" "Kamu tau dek?" "Tau kak, aku pernah baca bukunya dia waktu SD," lalu kakak Antropnya pun terbelalak. Beneran.
Yup, gue sudah diperkenalkan dengan cerita rakyat Indonesia sejak TK, dan sejak SD kelas 2, gue membaca banyaaaaak sekali kompilasi cerita rakyat yang pengarangnya beliau dan juga bukunya bu Murti Bunanta. Sampai gue pernah ulang tahun dihadiahinnya buku cerita rakyat, bukunya cutting edge dan nggak banyak orang tau gitu, judulnya Si Bungsu Katak. Terus pernah ngisi teater buat Festival Mendongeng 2004, dan pernah ikut lomba mendongeng sekolah yang tapi ujungnya gak menang.
Ditambah lagi saat gue mengenal National Geographic, dan saat mereka membahas sebuah society, kehidupan berbudaya suatu negara, adalah artikel yang sangat menarik hati, yaa contohnya artikel Suara-Suara yang Sirna Juli 2012, atau saat ngomongin kebudayaan Indian Sioux yang punya trauma di edisi Agustus 2012, wow, that's really interesting to learn.
Sepertinyapun gue harus menyusun SWOT untuk decision making soal penjurusan ini, mengingat sebenarnya gara-gara ke BKUI juga bikin gue tertarik di Sosiologi.
Dan sejujurnya gue tidak terlalu memikirkan prospek kerja karena sebenarnya, tujuan ngambil jurusan ini juga bukan karena gue mau jadi budayawan. Dunia kerja yang gue lihat adalah rumus ini:
passion + opportunity +( knowledge you have x ability) + willingness + (sincerity x good attitudes) = "Happynomics"
Kalau gue kuliah Psikologi nanti, gue akan senantiasa mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan kebudayaan dan lingustik. Sementara gue akan melampiaskan dua passion gue di bidang menulis dan performing arts dengan ikut UKM atau freelance aja. Yang jelas kalau nggak dapat Psikologi, Antropologi, maukah engkau menunggu diriku? :')
Sincerely,
GladhysGalauKuliahGalauBelajarGakSukaMatematikaAnakIPSSejati
Terima kasih banyak BKUI13 yang super membantu dan oh wahai BEM UI juga sebagai penyelenggara!
Well, memang sebenarnya tujuan utama gue adalah untuk belajar Psikologi (masuk Psiko pun karena ingin lebih mengenal diri dan karena gue punya kebanyakan minat, dan juga ingin menguji kebenaran quote: "Mother knows best"). Cuma gue pun perlu menjaga-jaga apabila gue pada akhirnya nggak memenuhi syarat untuk masuk ke Fakultas Psikologi, gue pun menemukan beberapa kemungkinan. Awalnya gue berniat masuk Komunikasi karena gue ingin mempelajari media dan mungkin perfilman secara lebih lanjut, tapi saat gue dijelaskan di BKUI, ternyata kurang cocok, malah perfilman lebih baik lari ke Vokasi Komunikasi. Lalu Hubungan Internasional yang teman-teman selalu menyarankan gue untuk masuk sana, gue juga nggak cocok karena nggak sreg dengan mata kuliah dan tujuan pembelajarannya, kurang gue banget gitu.
Nah, gue menemukan pilihan baru, yang fix saya akan ambil jadi pilihan alternatif yaitu:
Antropologi.
Kenapa?
Ternyata yang selama ini gue idamkan untuk gue pelajari lebih dalam adalah tentang budaya dan hubungan antarbudaya, bukan hubungan antarnegara, yang dari dulu gue kira serupa.
Gue mengingat-ngingat lagi, ternyata gue sudah tertarik dengan perihal kebudayaan ini sejak kecil. Terbukti saat gue mampir ke stand jurusan Antropologi, mereka memamerkan bukunya James Danandjaja tentang folklor, terus gue dengan polosnya bilang, "Ih waw,bukunya James Danandjaja!" "Kamu tau dek?" "Tau kak, aku pernah baca bukunya dia waktu SD," lalu kakak Antropnya pun terbelalak. Beneran.
Yup, gue sudah diperkenalkan dengan cerita rakyat Indonesia sejak TK, dan sejak SD kelas 2, gue membaca banyaaaaak sekali kompilasi cerita rakyat yang pengarangnya beliau dan juga bukunya bu Murti Bunanta. Sampai gue pernah ulang tahun dihadiahinnya buku cerita rakyat, bukunya cutting edge dan nggak banyak orang tau gitu, judulnya Si Bungsu Katak. Terus pernah ngisi teater buat Festival Mendongeng 2004, dan pernah ikut lomba mendongeng sekolah yang tapi ujungnya gak menang.
Ditambah lagi saat gue mengenal National Geographic, dan saat mereka membahas sebuah society, kehidupan berbudaya suatu negara, adalah artikel yang sangat menarik hati, yaa contohnya artikel Suara-Suara yang Sirna Juli 2012, atau saat ngomongin kebudayaan Indian Sioux yang punya trauma di edisi Agustus 2012, wow, that's really interesting to learn.
Sepertinyapun gue harus menyusun SWOT untuk decision making soal penjurusan ini, mengingat sebenarnya gara-gara ke BKUI juga bikin gue tertarik di Sosiologi.
Dan sejujurnya gue tidak terlalu memikirkan prospek kerja karena sebenarnya, tujuan ngambil jurusan ini juga bukan karena gue mau jadi budayawan. Dunia kerja yang gue lihat adalah rumus ini:
passion + opportunity +( knowledge you have x ability) + willingness + (sincerity x good attitudes) = "Happynomics"
Kalau gue kuliah Psikologi nanti, gue akan senantiasa mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan kebudayaan dan lingustik. Sementara gue akan melampiaskan dua passion gue di bidang menulis dan performing arts dengan ikut UKM atau freelance aja. Yang jelas kalau nggak dapat Psikologi, Antropologi, maukah engkau menunggu diriku? :')
Sincerely,
GladhysGalauKuliahGalauBelajarGakSukaMatematikaAnakIPSSejati
Langganan:
Postingan (Atom)