22.5.13


Apakah selama ini pendidikan bangsa Indonesia telah berkembang pesat? Apakah pendidikan Indonesia kualitasnya menyaingi produk negeri jiran, Malaysia? Bagi masyarakat Indonesia yang tidak cuek, mungkin akan merasa malu jika melihat perbandingan kualitas pendidikan kita dengan negara tetangga. Bukan semata-mata karena Malaysia jajahan Inggris yang mengedepankan politik etis, tetapi karena semangat juang dan teknologi yang mendukung.

            Banyak yang mengecap Malaysia adalah negara “tukang ikut-ikutan” tapi kok, masih banyak pelajar Indonesia di sana? Berarti siapa yang ikut-ikutan? Banyak orang kita yang belajar tekonologi di sana, alasannya sih untuk membuat bangsa kita lebih canggih dan global, tapi, melihat biaya dan kemampuan bangsanya (yang suka malas) menjangkau alat teknologipun menjadi kendala besar, apalagi, teknologi yang praktis bisa makin membuat bangsa kita malas.

            Penting bagi para penerus bangsa, untuk meneruskan bagaimana jalan keluarnya agar rakyat Indonesia mendapat pendidikan yang baik dan bisa bergaul di dunia global tanpa peralatan atau media yang mahal, melihat kondisi ekonomi Indonesia sedang carut marut karena adanya korupsi dan pemborosan APBN. Salah satu yang bisa menjawabnya adalah, meningkatkan minat baca.

            Mengapa membaca? Buku merupakan media yang tidak mahal dibanding dengan komputer, handphone, dan sejenisnya, memang kalangan bawah masih sering mengeluh tentang mahalnya buku, tetapi pemerintah bahkan masyarakat kalangan menengah dan atas bisa mengatasinya, tanpa membuang banyak biaya. Coba bandingkan, apabila pemerintah memberi bantuan komputer gratis, pengeluaran akan diminimalisir jika hanya memberi bantuan buku gratis dan jumlah anak yang terbantupun lebih banyak. Masyarakat biasa yang mampu juga dapat turut andil dalam pengembangan minat baca, seperti dengan menyumbang buku lama layak baca, atau membuka taman bacaan gratis.

            Sebelum mengembangkan minat baca, terlebih dahulu kita harus cek dan ricek tentang pengentasan buta aksara di desa dan daerah terpencil. Pemerintah telah mengadakan pusat kegiatan mandiri pemberantasan buta aksara, masyarakat juga bisa membantu lewat donasi maupun menjadi sukarelawan. Salah satu faktor utama kebodohan dan kemiskinan adalah buta huruf, maka dari itu, membaca merupakan kegiatan yang sangat penting.

            Coba kita bayangkan, betapa pentingnya membaca buku dalam kehidupan kita. Sebuah teknologi tidak akan berjalan tanpa pengetahuan penggunanya, maka mereka harus membaca buku panduan alat tersebut. Ada lagi, sebuah blog atau website pribadi dapat dijadikan buku, tetapi jika buku dijadikan blog akan sangat rumit. Kemudian, untuk mendapatkan info dunia, ada surat kabar dan majalah yang terbit rutin dan terjangkau dibandingkan harus bolak-balik warnet atau buka internet dengan peralatan berharga jutaan pula.

            Dengan begitu, kita bisa lihat bahwa membaca buku merupakan media yang gampang dijangkau, bahkan masyarakat kalangan bawah sekalipun. Membaca buku dapat menambah wawasan tanpa membaung waktu dan tempat. Buku adalah jendela dunia yang hanya bisa kita buka lewat membaca.  





ps.
Well, I was a better writer when I was 15 I guess. I made this essay for a Bahasa Indonesia lesson task at school when I was in 10th grade and  I haven't met most of my friends from Taman Baca Bulian yet that time. I'm pretty amazed, I feel like I'm reading someone's essay, not mine (Yes, Gladhys, you have to start to write good essays and stories again!). But seriously 1000% this essay is mine and I thought I never published it, so, feel free to comment


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2010 Singa Betina yang Terjebak.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.