Apakah selama
ini pendidikan bangsa Indonesia telah berkembang pesat? Apakah pendidikan
Indonesia kualitasnya menyaingi produk negeri jiran, Malaysia? Bagi masyarakat
Indonesia yang tidak cuek, mungkin akan merasa malu jika melihat perbandingan
kualitas pendidikan kita dengan negara tetangga. Bukan semata-mata karena
Malaysia jajahan Inggris yang mengedepankan politik etis, tetapi karena
semangat juang dan teknologi yang mendukung.
Banyak
yang mengecap Malaysia adalah negara “tukang ikut-ikutan” tapi kok, masih
banyak pelajar Indonesia di sana? Berarti siapa yang ikut-ikutan? Banyak orang
kita yang belajar tekonologi di sana, alasannya sih untuk membuat bangsa kita
lebih canggih dan global, tapi, melihat biaya dan kemampuan bangsanya (yang
suka malas) menjangkau alat teknologipun menjadi kendala besar, apalagi,
teknologi yang praktis bisa makin membuat bangsa kita malas.
Penting bagi para penerus bangsa,
untuk meneruskan bagaimana jalan keluarnya agar rakyat Indonesia mendapat pendidikan
yang baik dan bisa bergaul di dunia global tanpa peralatan atau media yang
mahal, melihat kondisi ekonomi Indonesia sedang carut marut karena adanya
korupsi dan pemborosan APBN. Salah satu yang bisa menjawabnya adalah,
meningkatkan minat baca.
Mengapa membaca? Buku merupakan
media yang tidak mahal dibanding dengan komputer, handphone, dan sejenisnya,
memang kalangan bawah masih sering mengeluh tentang mahalnya buku, tetapi
pemerintah bahkan masyarakat kalangan menengah dan atas bisa mengatasinya, tanpa
membuang banyak biaya. Coba bandingkan, apabila pemerintah memberi bantuan
komputer gratis, pengeluaran akan diminimalisir jika hanya memberi bantuan buku
gratis dan jumlah anak yang terbantupun lebih banyak. Masyarakat biasa yang
mampu juga dapat turut andil dalam pengembangan minat baca, seperti dengan
menyumbang buku lama layak baca, atau membuka taman bacaan gratis.
Sebelum mengembangkan minat baca,
terlebih dahulu kita harus cek dan ricek tentang pengentasan buta aksara di
desa dan daerah terpencil. Pemerintah telah mengadakan pusat kegiatan mandiri
pemberantasan buta aksara, masyarakat juga bisa membantu lewat donasi maupun
menjadi sukarelawan. Salah satu faktor utama kebodohan dan kemiskinan adalah
buta huruf, maka dari itu, membaca merupakan kegiatan yang sangat penting.
Coba kita bayangkan, betapa
pentingnya membaca buku dalam kehidupan kita. Sebuah teknologi tidak akan
berjalan tanpa pengetahuan penggunanya, maka mereka harus membaca buku panduan
alat tersebut. Ada lagi, sebuah blog atau website pribadi dapat dijadikan buku,
tetapi jika buku dijadikan blog akan sangat rumit. Kemudian, untuk mendapatkan
info dunia, ada surat kabar dan majalah yang terbit rutin dan terjangkau
dibandingkan harus bolak-balik warnet atau buka internet dengan peralatan
berharga jutaan pula.
Dengan begitu, kita bisa lihat bahwa
membaca buku merupakan media yang gampang dijangkau, bahkan masyarakat kalangan
bawah sekalipun. Membaca buku dapat menambah wawasan tanpa membaung waktu dan
tempat. Buku adalah jendela dunia yang hanya bisa kita buka lewat membaca.
ps.
Well, I was a better writer when I was 15 I guess. I made this essay for a Bahasa Indonesia lesson task at school when I was in 10th grade and I haven't met most of my friends from Taman Baca Bulian yet that time. I'm pretty amazed, I feel like I'm reading someone's essay, not mine (Yes, Gladhys, you have to start to write good essays and stories again!). But seriously 1000% this essay is mine and I thought I never published it, so, feel free to comment
0 komentar:
Posting Komentar